, ,

    KH. Habib Ahmad
    KH. Habib Ahmad

    KH. Habib Ahmad, merupakan salah satu santri Tebuireng yang tak pernah bosan dalam menuntut ilmu agama, dalam kesederhanaannya, setelah lulus sekolah, beliau memilih untuk mengaji Kitab Shahih Bukhari pada Kiai Idris Kamali dan Kiai Syansuri dengan mengharap barokah, yang akhirnya mengantarkan beliau menjadi Qari’ Shahih Bukhari (penerus Mbah Yai Idris Kamali dan Mbah Yai Syansuri). Dalam hal ini, wartawan Majalah Tebuireng memiliki kesempatan langsung menemui dan mewawancarai KH. Habib Ahmad, sebagai Qari’ Shahih Bukhari.
    Bisa diceritakan sejak kapan Kiai jadi Qori’ Shahih Bukhari ?
    Waktu itu, saya lulus Aliyah pada tahun 1967 dan saya mau melanjutkan kuliah tapi maa fi fulus alias gak punya uang, jadinya ya ndak kuliah. Tapi meskipun saya gak jadi kuliah, saya yakin semua itu ada hikmahnya. Setelah lulus, saya ngaji kitab Shahih Bukhari kepada Mbah Yai Idris Kamali, yakni menantu dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari. Karena saya pada waktu itu termasuk menjadi santri yang paling ndak mampu, jadinya ya saya ndak mampu beli kitab. Biasanya saya cuma usung-usung kitabnya Mbah Idris, lalu saat pulang dikembalikan, tapi justru di situ ada barokah yang saya rasakan.
    Setelah saya ngaji terus selama kurang lebih lima tahun di situ, lalu tujuh tahun selanjutnya Mbah Yai Idris Hijrah ke Jakarta dengan diikuti juga beberapa santri Tebuireng. Setelah itu, ketika Mbah Yai ke Makkah, pengajian di Masjid Tebuireng itu vakum untuk beberapa waktu. Akhirnya Mbah Yai Syansuri yang datang untuk menggantikan jadi Qori’ Kitab Shahih Bukhari, dan metode ngajinya itu sama seperti sekarang ini, setahun Shahih Bukhari, setahun besoknya lagi Shahih Muslim.
    Beberapa waktu kemudian Mbah Yai Syansuri mendapat tugas pemerintah untuk menjadi anggota dewan dari PPP, beliau diangkat menjadi DPR pusat di Jakarta, kalo ndak salah itu tahun 1973, kemudian pengajian di Tebuireng kembali vakum. Lalu Almarhum Pak Kiai Yusuf Hasyim datang ke rumah saya, mengatakan bahwa menurut musyawarah oleh beberapa santri dan guru, saya ditunjuk untuk meneruskan pengajiannya Mbah Yai Syansuri dan Mbah Yai Idris, awalnya saya ya merasa berat untuk menjalankan amanah ini, tapi yang namanya Mbah Yai ya harus ditaati. Menurut periodisasi, yang pertama jadi Qori’ Shahih Bukhari ini Mbah Hasyim, lalu Mbah Idris, kemudian Mbah Syansuri. Nah, sejak itulah saya jadi Qori’ Shahih Bukhari di Tebuireng.
    Bagaimana kondisi ngaji Kitab Shahih Bukhari pada zaman dulu?
    Pengajian Shahih Bukhari dulu bertempat di Masjid Tebuireng, Mbah Yai Idris itu bawa Kitabnya kurang lebih ada dua puluh kitab dengan syarahnya juga, di antaranya kitab-kitab hadis Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Dawud, Tafsir Jalalain, Tafsir Baghowi, Tafsir Ibnu Katsir, dan sebagainya. Kalo pagi itu beliau ngaji Kitabul Hadis, kalo setelah Zuhur Kitabut Tafassir.
    Apakah ada syarat khusus?
    Pernah saya mendapat firasat petunjuk lewat mimpi, dalam mimpi itu saya lihat Mbah Idris itu manggil saya “Pak Habib, saya mau datang ke rumah kamu…,” dalam hati saya bicara, apa ini pertanda bahwa saya bakal menggantikan Mbah Yai Idris.
    Apa yang menjadi harapan Kiai Habib?
    Harapan saya satu, bisa meneruskan jejak-jejak guru yang saya muliakan. Yang kedua ingin santri-santri besok bisa menjadi kiai-kiai yang hebat, yang bisa bermanfaat bagi masyarakat.
    Apa ada kiat khusus dalam mengajar kitab Shahih Bukhari?
    Pada awalnya saya berpuasa beberapa hari lalu minta ilmu kepada Allah. Dan setiap mau ngaji, saya selalu mengirimkan hadiah fatihah untuk Mbah Hasyim, terus sampai saat ini. Hasilnya setiap saya ngaji gak ada satu kalimat pun yang kecantol alias lancar-lancar saja.

    ,

    santri bule
    santri bule

    Kerja sama program “nyantri” The King’s College (TKC), New York, Amerika Serikat dengan Pesantren Tebuireng yang berlangsung pada 13-24 Meri 2017 telah memberikan kesan tersendiri bagi mahasiswa dari Negeri Paman Sam tersebut, terutama mengenai Islam. Berikut wawancara Tebuireng Online dengan beberapa mahasiswa TKC.


    Why do you want to study or join this program in Tebuireng (Mengapa anda ingin belajar atau mengikuti program ini di Tebuireng)?
    Rachel Cline, Junior, Religious Theological Studies and Journalism: We came to study the culture into understand more about Islam. (Kami datang untuk mempelajari budaya agar lebih mengerti tentang Islam.)
    Cassidy Fahey, Fresh graduate of Politics Philosophy and Economics: I was really interested in the idea of what it looked like to integrate into Muslim community, because Dr. Carl told us, like, that the women have to wear the jilbab and wear modest clothing and would be like living amongst Muslim community. And I have interest in Islam, just like Muslim. So, I was really interested how it would that be like living in day-to-day daily life. (Saya sangat tertarik dengan gagasan tentang bagaimana rasanya menyatu ke dalam komunitas Muslim, karena Dr. Carl mengatakan kepada kami bahwa wanita harus memakai jilbab dan mengenakan pakaian sederhana dan akan tinggal di antara komunitas Muslim. Dan saya memiliki ketertarikan pada Islam seperti Muslim. Jadi saya sangat tertarik bagaimana rasanya hidup dalam kehidupan sehari-hari.)
    Nick Gulley, Fresh graduate of Business Administration: I found Tebuireng very insightful for understanding Indonesian culture and Islam. (Saya menemukan Tebuireng sangat mencerahkan dalam memahami budaya Indonesia dan Islam.)
    What did you think of Islam before you came to Jombang (Bagaimana menurutmu mengenai Islam sebelum datang ke Jombang)?
    Rachel: I think that we only studied it from books and from very few limited interaction. But, now we’ve been able to see people practicing Islam. And it’s been really neat to understand the exactly what they have it all the practice are like they’re getting up for prayer and be fasting and work for the community. And it’s all like. (Saya pikir kita hanya mempelajarinya dari buku dan dari sedikit interaksi terbatas. Namun, sekarang kita dapat melihat orang-orang mempraktikkan Islam. Dan telah sangat baik untuk memahami dengan tepat apa yang mereka miliki dari semua praktik itu, seperti mereka bersiap untuk beribadah dan berpuasa dan bekerja untuk masyarakat. Dan semacam itu.)
    Cassidy: I know a lot about like your five pillars, and practices, traditions, holiday like Ramadan, I attended mosques in America as well as to zikirs. So I have seen the religion practices, but I haven’t seen, like, it would be like day-to-day. (Saya tahu banyak tentang, seperti lima pilar (rukun Islam), praktik, tradisi, hari raya, seperti bulan Ramadhan. Saya datang ke masjid-masjid di Amerika dan juga zikir. Jadi saya telah melihat praktik agama, tapi saya belum pernah melihat dari kesehariannya.
    NickI knew it was very nuance and diverse in terms of how people approached it, but overall I have a lot of respect for Islam. (Saya tahu Islam sangat bernuansa dan beragam dalam hal bagaimana pendekatan orang-orang terhadapnya namun secara keseluruhan saya sangat menghormati Islam.)
    What did you get or learn after visiting Tebuireng (Apa yang anda dapatkan atau pelajari setelah mengunjungi Tebuireng)?
    Rachel: I think I might just have a deeper appreciation and understanding for what Islam is. And I think that there are many things that we should implement in daily life even in Christians that Islam does really really well with forming good, have it in teaching, disciplining teaching, and throw examination of Holy scripture, and practicing prayer and fasting, and loving your neighbor well and providing one and another’s need especially in taking care of the poor. (Saya pikir saya memiliki apresiasi dan pemahaman yang lebih dalam tentang apa itu Islam. Dan saya pikir ada banyak hal yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan pada orang Kristen yang benar-benar dilakukan Islam dengan baik dengan membentuk yang baik, memilikinya dalam pengajaran, mengajarkan disiplin, dan mengadakan ujian Kitab Suci, dan beribadah dan puasa, dan mencintai sesamamu dengan baik dan memberikan kebutuhan satu sama lain terutama dalam merawat orang miskin.)
    Cassidy: I think it’s a religion just like Christianity and any other religions that is religion of peace. And it’s religion that is about love, loving your neighbor and caring for them, just like Christianity. We tell to love each other even your enemy. I was really impressed by when we’re traveling how you guys would stop during prayer time and you get out and pray, like we would never do that in America. (Saya pikir itu adalah agama seperti agama Kristen dan agama lain yang merupakan agama damai. Dan ini adalah agama tentang cinta, mencintai sesama tetangga dan merawat mereka, sama seperti agama Kristen. Kita memerintahkan untuk saling mencintai bahkan musuhmu. Saya benar-benar terkesan dengan saat kita bepergian bagaimana kalian akan berhenti saat sholat dan kalian keluar dan berdoa. Kita tidak akan pernah melakukannya di Amerika.)
    NickI learned a lot about how a moderate yet devout Islamic nation can work in light of the extremism and liberalism westerners are familiar with. (Saya belajar banyak mengenai bagaimana sebuah negara Islam moderat namun taat dapat bekerja berhubungan dengan  ekstrimisme dan liberalisme yang akrab dengan orang Barat.)
    What’s your impression of this trip (Bagaimana kesanmu terhadap perjalanan ini)?
    Rachel: I loved it. I feel very honoured and very grateful to be able to come and to meet everyone and to experience everything that we’re able to experience. And we really enjoy being able to go to all of different pesantrens and hear from the leaders and really understand Islam educations and to see different mosques and understand prayer and just being able to meet everyone. I really enjoyed it. (Aku menyukainya. Saya merasa sangat terhormat dan sangat bersyukur dapat datang dan bertemu dengan semua orang dan untuk mengalami semua hal yang dapat kami alam. Dan kami sangat menikmati dapat pergi ke semua pesantren yang berbeda, dan mendengar dari para pemimpin, dan sangat memahami pendidikan Islam, dan melihat masjid yang berbeda, dan memahami ibadah dan dapat bertemu semua orang. Saya sangat menikmatinya.)
    Cassidy: I really hope it continues. I really hope they get funding for another group of students to come because I think this could be so life-changing to others. Because, I think it will get break down barriers for people what they think of Islam. We learned a lot about it and we learned about like the veil and everything. We formed opinion. But like interacting with you or like other Muslims that, just like, takes our impression away. You know, I don’t think, like the veil was a very terrible thing like I minded of. So, I think it can really tell people who come to this in this program, like Islam is a peaceful religion and it’s something that is practiced and is not evil or like terrorist organization. I think when you see someone who lives this out day-to-day, it’s like you’re human, I am human. We are all fundamental human. (Saya sangat berharap terus berlanjut. Saya sangat berharap mereka mendapatkan dana untuk kelompok pelajar lain yang akan datang karena saya pikir ini dapat mengubah hidup orang lain. Karena, menurut saya ini akan meruntuhkan penghalang bagi orang-orang tentang apa yang mereka pikirkan tentang Islam. Kami belajar banyak tentang hal itu dan kami belajar tentang seperti jilbab dan segalanya. Kami membentuk opini. Tapi seperti berinteraksi denganmu atau seperti orang Muslim lainnya, seperti mengubah kesan kami. Anda tahu, saya tidak berpikir, seperti kerudung adalah hal yang sangat mengerikan seperti yang saya pikirkan sebelumnya. Jadi, saya pikir itu benar-benar dapat memberi tahu orang-orang yang datang ke program ini, seperti Islam adalah agama yang damai dan ini adalah sesuatu yang dipraktikkan dan tidak jahat atau seperti organisasi teroris. Saya pikir ketika anda melihat seseorang yang menjalani ini dari hari ke hari, ini seperti anda manusia, saya manusia. Kita semua pada dasarnya manusia.)
    NickFor a new venture I found it successful, and I think it can get even better over time. (Untuk suatu usaha yang baru, saya menemukannya sukkses, dan saya pikir ini dapat menjadi lebih bagus dengan seiring waktu berjalan.)

    What will you miss the most about Indonesia (Apa yang akan paling anda rindukan mengenai Indonesia)?
    Rachel: Definitely, the people, like you. Aku akan merindukanmu. And all the food. And mostly the people. And the country itself. I just really like the how everything’s just so close and everything is in walking distance like whether food stands and pesantren and everything just very tightened. And I think I’m gonna miss the feel of always having people around who know you in care about you. And having open door policy, like in the Western don’t really think that we have that kind of open door you can pop in and I make you the coffee. That kind of feel. (Pastinya, orang-orang, sepertimu. Aku akan merindukanmu. Dan semua makanannya. Dan terutamanya orang-orangnya. Dan negaranya. Saya suka bagaimana semuanya begitu dekat dan semuanya dalam jarak jalan kaki, seperti warung makan dan pesantren dan semuanya sangat rapat. Dan saya pikir saya akan merindukan nuansa, di mana selalu ada orang-orang yang mengenal anda dan merawat anda. Dan memiliki kebijakan pintu terbuka, seperti di Barat tidak benar-benar berpikir bahwa kita memiliki pintu terbuka semacam itu yang Anda dapat masuk dan saya membuatkan kopi. Perasaan yang seperti itu.)
    NickI miss the food and the scenery. (Saya merindukan makanan dan pemandangannya.)
    What will you tell the world if you get a chance to tell your experience in term of Islam in Indonesia (Apa yang akan anda ceritakan pada dunia jika anda mendapatkan kesempatan untuk menceritakan pengalamanmu mengenai Islam di Indonesia?
    Rachel: I think I would like tell to people who have misconception about what Islam is, about how beautiful of the people and religion itself is. And tell them that like they have misconception that all Muslims are terrorist. And tell them that is absolutely not true. And show pictures from the trip and explain what Islam education is and what the practices that Muslims engaging are. And really tell them they could learn a lot from Islam. And explain the ways the best they could. And I would like to tell them that they should come to Indonesia and meet you all. (Saya pikir saya ingin mengatakan kepada orang-orang yang memiliki kesalahpahaman tentang apa itu Islam, tentang betapa indahnya orang dan agama itu. Dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah mempunyai kesalahpahaman bahwa semua Muslim adalah teroris. Dan mengatakan kepada mereka bahwa hal itu sama sekali tidak benar. Dan menunjukkan gambar dari perjalanan dan menjelaskan apa itu pendidikan Islam dan  praktik-praktik apa Muslim terlibat. Dan benar-benar mengatakan kepada mereka bahwa mereka bisa belajar banyak dari Islam. Dan jelaskan cara terbaik yang bisa mereka lakukan. Dan saya ingin mereka agar datang ke Indonesia dan menemui anda semua.)
    Cassidy: I’ll say that we need to love each other. We need to be kind to each other. We need to be open-minded and just like listening to people and hearing their stories because we share similar experience. We have the same dreams and same fears. And we should not be closed off and build the gate. (Saya akan berkata bahwa kita harus mencintai sesama. Kita harus ramah terhadap satu dengan yang lain. Kita harus berpandangan terbuka dan mendengarkan orang-orang dan ceritanya karena kita mempunyai kemiripan pengalaman. Kita mempunyai impian yang sama dan ketakutan yang sama. Dan kita harus tidak tertutup dan membangun gerbang.)
    NickI would tell the world they need to pay attention to how Indonesia approaches Islam, as they seem to have struck a balance between western values and Islamic practices. (Saya akan mengatakan ke dunia, mereka harus memperhatikan bagaimana Indonesia mendekati Islam sebagaimana mereka terlihat telah mencapai keseimbangan antara nilai Barat dan praktik-praktik Islam.)

    What messange do you want to leave for the world (Pesan apa yang ingin kamu titipkan pada dunia)?
    Rachel: Love God, love people, and work with the excellence. (Cintai Tuhan, cintai manusia, dan kerja dengan keunggulan.)
    Cassidy: Take the time to listen to a person’s story because it feels similar thing that you have feel whether loneliness, fear, excitement, dreaming. We’re all human. We deserve respect and love. (Luangkan waktu untuk mendengarkan cerita seseorang karena merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan, apakah kesepian, ketakutan, kegembiraan, dan mimpi. Kita semua manusia. Kita pantas dihormati dan dicintai.)
    Nick: You don’t know people until you visit where they live. (Kamu tidak mengerti orang hingga kamu berkunjung di mana mereka tinggal.)

    ,


    Sepulang sekolah terlihat 4 (empat) orang santri sedang terlibat perbincangan yang kayaknya agak serius. Mereka adalah Paijo, Gombloh, Badrun, dan tentu saja Cak Jahlun. Ternyata mereka sedang membanggakan ayah mereka masing-masing.

    Paijo            : “Tadi Pagi, ayahku dipangil Bapak Bupati ke Kantornya (berbangga diri)”
    Gombloh     : “Kalau kemarin ayahku dipanggil oleh Bapak Gubernur (tidak mau kalah)”
    Badrun        : “Seminggu yang lalu, seorang menteri datang ke rumahku, beliau meminta ayahku berkenan menemui bapak presiden di istana Negara (merasa menang)”
    Cak Jahlun: “Wah.. itu belum seberapa.. masih kalah semua dengan ayahku, kalau ayahku kemarin dipanggil oleh Tuhan (sambil berlalu)”
    Paijo, Gombloh, Badrun: “(Bengong)”Cak jahlun

    ,

    Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

    k.h hasyim asy'ari
    k.h hasyim asy'ari

     
    Setelah mengenal Allah SWT dan beriman kepada-Nya, setiap mukallaf wajib beriman kepada Rasulullah SAW dan mempercayai apa yang dibawa dari Tuhannya. (Karena beriman kepada Rasulullah SAW dan kepada semua Rasul merupakan salah satu rukun iman yang enam. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW. ketika menjawab pertanyaan Jibril as. dalam sebuah hadis yang panjang, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahihnya).
    Allah Ta’ala berfirman :
    فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
    “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[1]
    Allah Ta’ala berfirman :
    إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.
    “Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang”[2].
    Allah Ta’ala berfirman :
    فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون.
    “Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”.[3]
    Allah Ta’ala berfirman :
    وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا.
    “Dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala”. [4]
    Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda :
    أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِى وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
    “Saya diperintahkan oleh Allah untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang wajib disembah selain Allah dan beriman kepada-Ku dan beriman kepada apa yang saya bawa. Jika mereka melakukan itu, maka terlindungilah darah mereka dariku, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah”.[5]
    Maka beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah fardlu ain (wajib bagi setiap muslim), dan tidak sempurna iman (seorang muslim) secara syar’i kecuali dengan beriman kepada Nabi SAW dan tidak sah Islamnya kecuali dengan beriman kepadanya SAW
    Adapun makna beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah dengan mempercayai kenabiannya dan kerasulannya, dan mempercayai semua yang dibawa dari Allah, serta mempercayai apa saja yang disabdakannya. Adapun persaksian lisan yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah adalah merupakan ungkapan yang sesuai dengan keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu. Maka jika keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu bersatu dengan ucapan persaksian lisan, maka sempurnalah iman dan keyakinannya.
    Diceritakan dalam sebuah hadisnya Jibril as. ketika berkata kepada Nabi SAW:
    أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ ! أَنَّهُ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ …  
    ”Ceritakanlah kepada saya tentang Islam!”. Lalu Nabi SAW bersabda : ”Hendaklah kamu bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah….”. [6]
    Kemudian Jibril as. menanyakan tentang “iman”. Jawab beliau SAW :
    أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه ….
    “Hendaklah kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para Rasul-Nya … “. [7]
    Dalam hadis di atas, Nabi SAW telah menetapkan bahwa, iman kepada Nabi SAW membutuhkan keyakinan dalam hati. Demikian juga Islam membutuhkan pengucapan dengan lisan. Maka persaksian dengan lisan tanpa keyakinan dalam hati adalah kemunafikan yang nyata, wal ‘iyadzu billah. Allah Ta’ala berfirman :
    إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ
    “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”.[8]

    [1] At Taghabun ayat 8.
    [2] Al Fath ayat 8 – 9
    [3] Al A’raf ayat 158.
    [4] Al Fath ayat 13.
    [5] Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
    [6] Hadis riwayat Imam Muslim.
    [7] Idem
    [8] Al Munafiqun ayat 1 -3.

    *Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari

    dewi Yukha
    dewi Yukha


    Nama               : Dewi Yukha Nida
    TTL                   : Trenggalek, 25 Desember 1997
    Alamat              : Ngadisuko, Durenan, Trenggalek, Jatim
    Hobi                  : Membaca
    Cita-cita            : Ingin membumikan Al Quran di masyarakat
    Pendidikan         : SDN 1 Ngadisuko
                              SMP Islam Durenan
                              MA Perguruan Mu’allimat
                              Mahasiswi Fak. Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari
    Pesan              :  Hasil yang luar biasa itu tidak akan diperoleh                                    kecuali dengan usaha yang luar biasa pula
    Prestasi            :
    Bintang Tahfid di MHQ PPP. Walisongo tahun 2014
    Wisudawati terbaik tahun 2015
    Bintang Tahfid MA Perguruan Mu’allimat 2015/ 2016
    Juara II 30 Juz CCQ BKMA se-Jombang tahun 2014
    Juara III MTQ 30 Juz Tafsir Bhs. Arab tingkat Provinsi di Banyuwangi tahun 2015
    Juara II MTQ 30 Juz tingkat Provinsi di Banten 2016
    Juara III MTQ 30 Juz tingkat Provinsi di Papua Barat tahun 2016
    Juara II MTQ 30 Juz tingkat Nasional di NTB mewakili Banten tahun 2016
    Juara harapan III MTQ 30 Juz tingkat Internasional Yordania tahun 2017
    Dewi Yukha Nida, santri Walisongo sekaligus pembimbing mabna Tsani’, yang telah menorehkan berbagai prestasi dalam bidang Al Quran. Beliau Istiqomah menyempatkan waktu untuk murajaah hafalannya. Dan pada akhirnya santri yang biasa dipanggil Ustadzah Nida ini berhasil meraih prestasi diberbagai kategori lomba Al Quran sampai tingkat Internasional. Santri yang sempat mewakili Indonesia dalam lomba MTQ Internasional di Yordania ini patut menjadi figur para santri. Untuk mengenal lebih dalam, simak wawancara Roja dan Fani dari tim redaksi Uswah berikut ini:
    1. Apa kegiatan yang ustadzah lakukan saat ini?
    Kegiatan saya sekarang kuliah, selain itu saya juga menerima setoran Al Quran di Pondok Pesantren Putri Walisongo.
    1. Sejak kapan ustadzah mulai menghafal Al Quran?
    Sebenarnya saya mulai menghafal sejak saya masih MTs, saat itu saya baru dapat 7 Juz. Kemudian saya di sini satu setengah tahun khatam. Jadi total saya menghafal kira-kira dua tahun.
    1. Bagaimana metode ustadzah dalam menghafal Al Quran?
    Sebenarnya saya menghafal secara manual, sama seperti teman-teman. Menurut saya lebih bagus cara menghafal anak-anak PQ (Program Quran) santri Walisongo dari pada saya.  Sehari saya muraja’ah 10 halaman (pojok), jadi satu bulannya saya dapat 8 Juz. Kalau tambahannya satu hari 1 pojok, jadi satu bulan saya dapat 2 Juz.
    1. Bagaimana cara ustadzah menjaga hafalan agar tidak mudah hilang?
    Yang pertama pastinya istiqomah, saya juga tidak pernah tahu dulu itu juga proses, dari yang tidak lancar sampai lancar juga proses, dan saya dulu sempat berpikir “bisa lancar gak ya?” tapi saya jalani. Dan setelah khatam, nderesnya sehari biasanya dapat 3 Juz (Juz 1, 11, 21) begitu seterusnya sampai satu bulan saya khatam 3 kali. Karena saking seringnya di muraja’ah, saya mulai bisa baca dua hari sekali khatam. Alhamdulillah dari situ saya mulai merasa menghafal itu ringan.
    1. Bagaimana cara ustadzah menjaga keistiqomahan dalam menghafal?
    Pastinya dengan niat yang kuat. Dan setiap minggu orang tua selalu menelpon, dan berpesan “kamu harus yakin, dengan Al Quran kamu akan mulia dan ingat  mengejar sesuatu itu harus nekat kalau gak nekat sampean gak akan bisa sampek lancar,” saya sering dapat motivasi dari orang tua juga.
    1. Terkadang santri mengatakan “ngantuk disaat ngaji” bagaimana menurut ustadzah?
    Saya juga pernah tapi biasanya saya wudlu, kemudian kalau masih mengantuk ngajinya sambil berdiri, kalau tidak mengajak teman ngaji bareng atau semak-semakan.
    1. Halangan apa yang pernah ustadzah alami saat menghafal?
    Kalau anak-anak bilang lawan jenis, saya tidak pernah, mungkin sakit jadi ngajinya agak terkurangi. Kalau malas pernah, tapi karena tekad jadi malasnya 1-2 hari, nanti hari ke-3 bangkit lagi. Alhamdulillah selama saya menghafal target saya pasti terpenuhi dan tidak pernah meleset, seumpama target saya khatam Desember tahun 2014, saya khatam tepat waktu, waktu itu usia saya 17 tahun bulan Desember 2014 saya khatam, dan saya juga punya target satu bulan tambahan 2 Juz. Alhamdulillah sekali lagi karena tekad yang kuat dan doa orang tua yang tidak pernah terelakkan.
    1. Bagaimana target atau harapan ustadzah ke depannya?
    Setelah Al Quran lancar sebenarnya saya mau belajar kitab, sebenernya kelas 3 saya ingin masuk ke kitab tapi karena saya diminta tolong untuk nyimak anak-anak, jadi saya nyimak dan insyaallah nanti ke depannya kalau MHQ 30 Juz tuntas, saya mau belajar kitab.
    1. Bisa diceritakan bagaimana proses ustadzah bisa mengikuti lomba MTQ Nasional?
    Perjalanan saya untuk mengikuti lomba ke tingkat nasional itu awalnya dari Banten, sebenarnya banyak tawaran dari Bengkulu, Papua Barat, dan Banten hanya saya merasa lebih enak di Banten jadi saya memilih di Banten.
    1. Apakah ustadzah mempunyai ritual khusus sebelum mengikuti lomba?
    Hanya baca-baca doa seperti surat Al-Insyirah, Ayat Kursi, robbisy-rohlii, dan amalan sehari-hari. Tapi yang terpenting latihan yang tekun, tidak pantang menyerah, dan ridho orang tua serta guru yang membuat saya yakin akan semuanya.
    1. Apa yang ustadzah rasakan ketika mendapat juara nasional?
    Alhamdulillah, bersyukur saya bisa menjadi juara nasional hadza min fadli rabbi (ini adalah anugerah dari Tuhanku), dan yang saya pikirkan ketika juara nasional saya yakin suatu saat saya bisa mewakili Indonesia di tingkat internasional. Alhamdulillah saya juga senang bisa membawa nama baik Walisongo, saya ini made in Walisongo, Qurannya ala pondok Walisongo, jadi saya bisa mengenalkan “ini lo Walisongo” di MTQ Nasional.
    1. Apa pesan ustadzah untuk teman-teman santri?
    Kebetulan saya punya kata-kata ada di bait Alfiyah yang ke -110 kalau tidak salah, yang artinya “Sesuatu yang mengiringi mudhof (kyai) yakni mudhofilaih (santri) akan menjadi pengganti mudhof dalam i’rab-nya saat mudhof terbuang. Untuk para penghafal Al Quran Openono Qur’anmu lek pengen di openi gust Allah. Ustadz saya juga pernah mengatakan “Sejauh mana kita memperhatikan Al Quran, sejauh itu pula Allah memperhatikan kita.”

    ,

    gus sholah
    Gus Sholah


    Kaum muslimin telah rampung menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Namun spirit puasa hendaknya tetap dilanjutkan pada bulan berikutnya.
    Ajakan ini disampaikan KH. Salahuddin Wahid selaku Pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (01/07/2017) pagi. Hal itu disampaikan Gus Sholah, sapaan akrabnya pada acara silaturahim dan halal bihalal bersama pengasuh dengan seluruh dewan guru dan karyawan pesantren setempat.
    “Kita lanjutkan dengan puasa yang lain,” kata adik kandung KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut.
    Puasa yang dimaksud adalah puasa batin dan pikiran yang tidak semata kegiatan fisik berupa menahan makan dan minum. “Itulah yang dapat kita petik dari puasa sebulan lalu,” kata cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari tersebut.
    Bagi putra pahlawan nasional KH. Wahid Hasyim ini, melanjutkan puasa seperti itu tidaklah mudah. “Akan tetapi, itulah makna puasa yang sesungguhnya,” ujarnya.
    Gus Sholah tidak bisa menyembunyikan keresahannya lantaran justru kalau Ramadhan, ada saja pejabat yang melakukan perbuatan menyimpang. “Bulan Ramadhan kok malah tertangkap KPK,” sergahnya.
    Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini menandaskan bahwa para pejabat dan wakil rakyat yang tertangkap mungkin saja tengah menjalankan puasa. “Tapi yang puasa hanya mulutnya,” tukasnya.
    Oleh sebab itu, umat Islam harus terus menjaga spirit puasa usai Ramadhan. “Agar mampu meraih derajat sebagai hamba yang bertakwa,” pungkasnya.

    ,


    gus sholah
    Gus Sholah




    Oleh: KH. Dr. Ir. Salahuddin Wahid

    Alkisah, suatu ketika Nabi Musa berjalan menuju Bukit Sinai tempat di mana ia menerima perintah-perintah Tuhan.
    Dalam perjalanan, ia bertemu dengan seorang abid (ahli ibadah) yang sedang uzlah (menjauh dari keramaian). Sang abid yang tahu bahwa Nabi Musa akan menghadap Allah SWT memohon supaya ditanyakan di surga tingkat berapa ia nanti akan ditempatkan di akhirat. Nabi Musa bertanya bagaimana sang abid itu begitu yakin akan masuk surga. Sang abid menjawab, ia sudah 40 tahun mengasingkan diri dari hiruk pikuk dunia. Ia tidak pernah berbuat dosa, hanya berzikir dan beribadah kepada Allah.
    Nabi Musa melapor kepada Allah bahwa di tengah perjalanan ia bertemu abid yang mohon jawaban di surga tingkat berapakah ia akan ditempatkan. Jawab Allah: sampaikan kepadanya bahwa tempatnya di neraka.
    Nabi Musa pulang dan menemui sang abid yang dengan semangat dan penuh optimisme lalu bertanya, di lantai berapa tempatnya di surga. Nabi Musa lama berdiam diri karena sulit menjawab. Lalu Nabi Musa menjawab bahwa abid itu harus sabar karena akan ditempatkan di neraka.
    Sang abid tak percaya dirinya yang sudah beribadah selama 40 tahun harus masuk neraka. Ia lalu berkata, mungkin Nabi Musa salah dengar dan mengusulkan  Nabi Musa menghadap Allah lagi dan memastikan di surga tingkat berapa abid itu akan ditempatkan. Nabi Musa, yang berpikir mungkin dirinya salah dengar, menghadap Allah lagi.
    Nabi Musa matur bahwa ia ingin kejelasan apa benar sang abid akan dimasukkan ke neraka? Jawab Allah, katakan bahwa tempatnya nanti di surga. Tadinya Aku mau menempatkannya di neraka karena Aku menciptakan manusia bukan untuk bersikap egoistis, termasuk karena alasan spiritual. Aku menciptakan manusia untuk membantu manusia lain. Abid itu bukan mendekatkan dirinya pada-Ku, tetapi melarikan diri dari kehidupan yang nyata.
    Ya Allah, secepat itukah keputusan-Mu berubah? Jawab Allah, pada saat engkau menuju ke sini lagi, Abid itu tersungkur dan menangis tersedu-sedu. Ia memohon kepada-Ku kalau ia ditempatkan di neraka, supaya tubuhnya dijadikan sebesar neraka, supaya tidak ada orang lain yang masuk ke dalam neraka kecuali dirinya. Ketika memohon seperti itu, ia tidak egoistis lagi, tetapi telah mementingkan orang lain.
    Ibadah sosial
    Pesan dari kisah di atas ialah bahwa  ibadah mahda (ritual) dan ibadah sosial tak dapat dipisahkan, keduanya harus dijalankan. Kita tak boleh hanya menjalankan salah satunya. Banyak kita lihat orang yang rajin dan tekun menjalankan ibadah mahda, tetapi melalaikan ibadah sosial. Sebaliknya ada orang yang melalaikan ibadah mahda, seperti shalat, puasa, zakat, haji, tetapi aktif dalam ibadah sosial, seperti membantu kaum lemah atau ibadah sosial lain.
    Ibadah mahda yang bersifat hubungan pribadi antara manusia dan Allah  adalah ibadah yang pahalanya untuk diri sendiri. Sementara ibadah sosial itu sifatnya memang hubungan antarmanusia, tetapi juga mengandung hubungan dengan Allah.
    Menarik untuk diperhatikan, Islam mengatur bahwa ibadah mahda bisa diganti dengan amal sosial, sebagai contoh bahwa orang yang tidak kuat untuk berpuasa karena alasan yang benar bisa mengganti puasa itu dengan membayar fidyah, tetapi orang yang tidak membayar zakat tidak bisa menggantinya dengan shalat atau puasa.
    Puasa Ramadhan sebagai ibadah mahda diharapkan memberi dampak berupa ibadah sosial bagi yang berpuasa. Dalam berpuasa, kita merasakan lapar yang bersifat sementara karena setelah tiba waktu maghrib kita bisa makan dan minum. Dengan merasakan lapar bersifat sementara itu, diharapkan kita bisa merasakan beratnya rasa lapar permanen yang dirasakan oleh orang yang tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Dampak yang diharapkan ialah kita mau membantu orang yang kekurangan. Namun, tidak semua orang berpuasa Ramadhan bisa memperoleh dampak positif itu.
    Dalam surah Al-Ma’un ditentukan orang yang mendustakan agama ialah orang mengusir anak yatim dan tak menganjurkan (tentu juga melakukan) memberi makan orang miskin. Dan juga ditentukan bahwa celakalah orang yang shalat, tetapi melalaikan shalatnya, yaitu orang yang riya (yang ingin dipuji) dan enggan bersedekah. Surah ini seyogianya menggarisbawahi dampak positif puasa yang berbentuk kepedulian terhadap orang yang sulit memperoleh makanan.
    Kondisi terkini
    Berdasarkan data yang ada, di Indonesia masih banyak rakyat bergizi buruk atau kekurangan gizi, belasan persen dari jumlah penduduk. Dan, tampaknya banyak umat Islam yang mampu secara ekonomi belum membantu kaum fakir sebagaimana mestinya. Mungkin juga tidak banyak yang bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia termasuk orang yang bisa disebut sebagai pendusta agama karena tidak memberi makan orang kekurangan gizi yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.
    Saya ingin mengemukakan dua fakta sebagai gambaran kondisi kita. Menurut penelitian Bank Pembangunan Islam (IDB), potensi ZIS (zakat, infak, sedekah) di Indonesia di atas Rp 200 triliun). Pada 2016, dana ZIS yang terkumpul melalui LAZ/BAZ berjumlah sekitar Rp 5 triliun. Mungkin yang menyalurkan ZIS tak melalui LAZ/BAZ juga sebesar Rp 5 triliun. Keseluruhannya sekitar Rp 10 triliun. Dibandingkan dengan Rp 200 triliun, jumlah itu hanya mencapai 5 persen.
    Jumlah yang pergi umrah setiap tahun mencapai satu juta orang. Kalau satu orang membayar 2.000 dollar AS, dana untuk pergi umrah per tahun mencapai 2 miliar dollar AS atau sekitar 27 triliun rupiah. Ibadah umrah yang, menurut saya, prioritasnya ada di bawah ZIS ternyata mampu menarik dana dari rekening Muslimin Indonesia hampir tiga kali lipat jumlah dana ZIS  per tahun. Sekali lagi,  ibadah mahda lebih menarik, lebih nikmat dan dianggap lebih utama dibandingkan dengan ibadah sosial.
    Saya menduga banyak umat Islam yang belum atau tidak sepenuhnya menyadari arti penting dari apa yang dikemukakan di atas. Kalau mereka sering diingatkan, insyaallah mereka akan tergerak untuk mau membantu saudara seagama atau saudara sebangsa yang mengalami kekurangan gizi dan kekurangan lain. Mungkin diperlukan suatu sistem yang membantu memudahkan Muslimin untuk bisa membantu orang yang kekurangan gizi di sekitar lingkungan di mana dia tinggal.

    Tulisan ini pernah dimuat di harian Kompas, pada 9 Juni 2017, dimuat ulang untuk keperluan pendidikan.


Top