Habiby87. Diberdayakan oleh Blogger.
Blog Archive
- 
        ▼ 
      
2017
(45)
- ► 9 Juli - 16 Juli (23)
 
- ► 2 Juli - 9 Juli (15)
 
- 
        ▼ 
      
25 Juni - 2 Juli
(7)
- KH. Habib Ahmad: Penerus Tahta Shahih Bukhari di P...
 - Program “Nyantri” The King’s College New York di T...
 - Cak Jahlun Dipanggil Tuhan
 - Kewajiban Iman kepada Nabi Muhammad SAW
 - Dewi Yukha Nida, Santri PP. Walisongo Berprestasi ...
 - Gus Sholah Ajak Jaga Spirit Ramadhan
 - Gus Sholah Puasa dan Ibadah Sosial
 
 
 
- 
        ► 
      
2016
(11)
- ► 29 Mei - 5 Juni (3)
 
 
- 
        ► 
      
2015
(209)
- ► 26 Juli - 2 Agustus (1)
 
- ► 12 Juli - 19 Juli (27)
 
- ► 5 Juli - 12 Juli (10)
 
- ► 7 Juni - 14 Juni (1)
 
- ► 24 Mei - 31 Mei (11)
 
- ► 17 Mei - 24 Mei (20)
 
- ► 10 Mei - 17 Mei (14)
 
- ► 3 Mei - 10 Mei (5)
 
- ► 19 April - 26 April (37)
 
- ► 12 April - 19 April (34)
 
 
Cari Blog Ini
Label
Mengenai Saya
Biografi, Terkini, Wawancara
![]()  | 
| KH. Habib Ahmad | 
KH. Habib Ahmad, merupakan salah satu  santri Tebuireng yang tak pernah bosan dalam menuntut ilmu agama, dalam  kesederhanaannya, setelah lulus sekolah, beliau memilih untuk mengaji  Kitab Shahih Bukhari pada Kiai Idris Kamali dan Kiai Syansuri dengan  mengharap barokah, yang akhirnya mengantarkan beliau menjadi Qari’  Shahih Bukhari (penerus Mbah Yai Idris Kamali dan Mbah Yai Syansuri).  Dalam hal ini, wartawan Majalah Tebuireng memiliki kesempatan langsung  menemui dan mewawancarai KH. Habib Ahmad, sebagai Qari’ Shahih Bukhari.
Bisa diceritakan sejak kapan Kiai jadi Qori’ Shahih Bukhari ?
Waktu itu, saya lulus Aliyah pada tahun 1967 dan saya mau melanjutkan kuliah tapi maa fi fulus alias gak punya uang, jadinya ya ndak kuliah. Tapi meskipun saya gak jadi kuliah, saya yakin semua itu ada  hikmahnya. Setelah lulus, saya ngaji kitab Shahih Bukhari kepada Mbah  Yai Idris Kamali, yakni menantu dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.  Karena saya pada waktu itu termasuk menjadi santri yang paling ndak mampu, jadinya ya saya ndak mampu  beli kitab. Biasanya saya cuma usung-usung kitabnya Mbah Idris, lalu  saat pulang dikembalikan, tapi justru di situ ada barokah yang saya  rasakan.
Setelah saya ngaji terus selama kurang  lebih lima tahun di situ, lalu tujuh tahun selanjutnya Mbah Yai Idris  Hijrah ke Jakarta dengan diikuti juga beberapa santri Tebuireng. Setelah  itu, ketika Mbah Yai ke Makkah, pengajian di Masjid Tebuireng itu vakum  untuk beberapa waktu. Akhirnya Mbah Yai Syansuri yang datang untuk  menggantikan jadi Qori’ Kitab Shahih Bukhari, dan metode ngajinya itu  sama seperti sekarang ini, setahun Shahih Bukhari, setahun besoknya lagi  Shahih Muslim.
Beberapa waktu kemudian Mbah Yai  Syansuri mendapat tugas pemerintah untuk menjadi anggota dewan dari PPP,  beliau diangkat menjadi DPR pusat di Jakarta, kalo ndak salah  itu tahun 1973, kemudian pengajian di Tebuireng kembali vakum. Lalu  Almarhum Pak Kiai Yusuf Hasyim datang ke rumah saya, mengatakan bahwa  menurut musyawarah oleh beberapa santri dan guru, saya ditunjuk untuk  meneruskan pengajiannya Mbah Yai Syansuri dan Mbah Yai Idris, awalnya  saya ya merasa berat untuk menjalankan amanah ini, tapi yang namanya  Mbah Yai ya harus ditaati. Menurut periodisasi, yang pertama jadi Qori’  Shahih Bukhari ini Mbah Hasyim, lalu Mbah Idris, kemudian Mbah Syansuri.  Nah, sejak itulah saya jadi Qori’ Shahih Bukhari di Tebuireng.
Bagaimana kondisi ngaji Kitab Shahih Bukhari pada zaman dulu?
Pengajian Shahih Bukhari dulu bertempat  di Masjid Tebuireng, Mbah Yai Idris itu bawa Kitabnya kurang lebih ada  dua puluh kitab dengan syarahnya juga, di antaranya kitab-kitab hadis  Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Dawud, Tafsir Jalalain, Tafsir  Baghowi, Tafsir Ibnu Katsir, dan sebagainya. Kalo pagi itu beliau ngaji  Kitabul Hadis, kalo setelah Zuhur Kitabut Tafassir.
Apakah ada syarat khusus?
Pernah saya mendapat firasat petunjuk lewat mimpi, dalam mimpi itu saya lihat Mbah Idris itu manggil saya “Pak Habib, saya mau datang ke rumah kamu…,” dalam hati saya bicara, apa ini pertanda bahwa saya bakal menggantikan Mbah Yai Idris.
Apa yang menjadi harapan Kiai Habib?
Harapan saya satu, bisa meneruskan  jejak-jejak guru yang saya muliakan. Yang kedua ingin santri-santri  besok bisa menjadi kiai-kiai yang hebat, yang bisa bermanfaat bagi  masyarakat.
Apa ada kiat khusus dalam mengajar kitab Shahih Bukhari?
Pada awalnya saya berpuasa beberapa hari  lalu minta ilmu kepada Allah. Dan setiap mau ngaji, saya selalu  mengirimkan hadiah fatihah untuk Mbah Hasyim, terus sampai saat ini.  Hasilnya setiap saya ngaji gak ada satu kalimat pun yang kecantol alias lancar-lancar saja.
Terkini, Wawancara
![]()  | 
| santri bule | 
Kerja sama program “nyantri” The King’s College (TKC), New York, Amerika Serikat dengan Pesantren Tebuireng yang berlangsung pada 13-24 Meri 2017 telah memberikan kesan tersendiri bagi mahasiswa dari Negeri Paman Sam tersebut, terutama mengenai Islam. Berikut wawancara Tebuireng Online dengan beberapa mahasiswa TKC.
Why do you want to study or join this program in Tebuireng (Mengapa anda ingin belajar atau mengikuti program ini di Tebuireng)?
Rachel Cline, Junior, Religious Theological Studies and Journalism: We came to study the culture into understand more about Islam. (Kami datang untuk mempelajari budaya agar lebih mengerti tentang Islam.)
Cassidy Fahey, Fresh graduate of Politics Philosophy and Economics: I  was really interested in the idea of what it looked like to integrate  into Muslim community, because Dr. Carl told us, like, that the women  have to wear the jilbab and wear modest clothing and would be like  living amongst Muslim community. And I have interest in Islam, just like  Muslim. So, I was really interested how it would that be like living in  day-to-day daily life. (Saya sangat tertarik dengan gagasan  tentang bagaimana rasanya menyatu ke dalam komunitas Muslim, karena Dr.  Carl mengatakan kepada kami bahwa wanita harus memakai jilbab dan  mengenakan pakaian sederhana dan akan tinggal di antara komunitas  Muslim. Dan saya memiliki ketertarikan pada Islam seperti Muslim. Jadi  saya sangat tertarik bagaimana rasanya hidup dalam kehidupan  sehari-hari.)
Nick Gulley, Fresh graduate of Business Administration: I found Tebuireng very insightful for understanding Indonesian culture and Islam. (Saya menemukan Tebuireng sangat mencerahkan dalam memahami budaya Indonesia dan Islam.)
What did you think of Islam before you came to Jombang (Bagaimana menurutmu mengenai Islam sebelum datang ke Jombang)?
Rachel: I think  that we only studied it from books and from very few limited  interaction. But, now we’ve been able to see people practicing Islam.  And it’s been really neat to understand the exactly what they have it  all the practice are like they’re getting up for prayer and be fasting  and work for the community. And it’s all like. (Saya pikir kita  hanya mempelajarinya dari buku dan dari sedikit interaksi terbatas.  Namun, sekarang kita dapat melihat orang-orang mempraktikkan Islam. Dan  telah sangat baik untuk memahami dengan tepat apa yang mereka miliki  dari semua praktik itu, seperti mereka bersiap untuk beribadah dan  berpuasa dan bekerja untuk masyarakat. Dan semacam itu.)
Cassidy: I know a  lot about like your five pillars, and practices, traditions, holiday  like Ramadan, I attended mosques in America as well as to zikirs. So I  have seen the religion practices, but I haven’t seen, like, it would be  like day-to-day. (Saya tahu banyak tentang, seperti lima pilar  (rukun Islam), praktik, tradisi, hari raya, seperti bulan Ramadhan. Saya  datang ke masjid-masjid di Amerika dan juga zikir. Jadi saya telah  melihat praktik agama, tapi saya belum pernah melihat dari  kesehariannya.
Nick: I knew it was very nuance and diverse in terms of how people approached it, but overall I have a lot of respect for Islam. (Saya tahu Islam sangat bernuansa dan beragam dalam hal bagaimana  pendekatan orang-orang terhadapnya namun secara keseluruhan saya sangat  menghormati Islam.)
What did you get or learn after visiting Tebuireng (Apa yang anda dapatkan atau pelajari setelah mengunjungi Tebuireng)?
Rachel: I think I  might just have a deeper appreciation and understanding for what Islam  is. And I think that there are many things that we should implement in  daily life even in Christians that Islam does really really well with  forming good, have it in teaching, disciplining teaching, and throw  examination of Holy scripture, and practicing prayer and fasting, and  loving your neighbor well and providing one and another’s need  especially in taking care of the poor. (Saya pikir saya memiliki  apresiasi dan pemahaman yang lebih dalam tentang apa itu Islam. Dan saya  pikir ada banyak hal yang harus kita terapkan dalam kehidupan  sehari-hari bahkan pada orang Kristen yang benar-benar dilakukan Islam  dengan baik dengan membentuk yang baik, memilikinya dalam pengajaran,  mengajarkan disiplin, dan mengadakan ujian Kitab Suci, dan beribadah dan  puasa, dan mencintai sesamamu dengan baik dan memberikan kebutuhan satu  sama lain terutama dalam merawat orang miskin.)
Cassidy: I think  it’s a religion just like Christianity and any other religions that is  religion of peace. And it’s religion that is about love, loving your  neighbor and caring for them, just like Christianity. We tell to love  each other even your enemy. I was really impressed by when we’re  traveling how you guys would stop during prayer time and you get out and  pray, like we would never do that in America. (Saya pikir itu  adalah agama seperti agama Kristen dan agama lain yang merupakan agama  damai. Dan ini adalah agama tentang cinta, mencintai sesama tetangga dan  merawat mereka, sama seperti agama Kristen. Kita memerintahkan untuk  saling mencintai bahkan musuhmu. Saya benar-benar terkesan dengan saat  kita bepergian bagaimana kalian akan berhenti saat sholat dan kalian  keluar dan berdoa. Kita tidak akan pernah melakukannya di Amerika.)
Nick: I learned a  lot about how a moderate yet devout Islamic nation can work in light of  the extremism and liberalism westerners are familiar with. (Saya  belajar banyak mengenai bagaimana sebuah negara Islam moderat namun taat  dapat bekerja berhubungan dengan  ekstrimisme dan liberalisme yang  akrab dengan orang Barat.)
What’s your impression of this trip (Bagaimana kesanmu terhadap perjalanan ini)?
Rachel: I loved it.  I feel very honoured and very grateful to be able to come and to meet  everyone and to experience everything that we’re able to experience. And  we really enjoy being able to go to all of different pesantrens and  hear from the leaders and really understand Islam educations and to see  different mosques and understand prayer and just being able to meet  everyone. I really enjoyed it. (Aku menyukainya. Saya merasa sangat  terhormat dan sangat bersyukur dapat datang dan bertemu dengan semua  orang dan untuk mengalami semua hal yang dapat kami alam. Dan kami  sangat menikmati dapat pergi ke semua pesantren yang berbeda, dan  mendengar dari para pemimpin, dan sangat memahami pendidikan Islam, dan  melihat masjid yang berbeda, dan memahami ibadah dan dapat bertemu semua  orang. Saya sangat menikmatinya.)
Cassidy: I really  hope it continues. I really hope they get funding for another group of  students to come because I think this could be so life-changing to  others. Because, I think it will get break down barriers for people what  they think of Islam. We learned a lot about it and we learned about  like the veil and everything. We formed opinion. But like interacting  with you or like other Muslims that, just like, takes our impression  away. You know, I don’t think, like the veil was a very terrible thing  like I minded of. So, I think it can really tell people who come to this  in this program, like Islam is a peaceful religion and it’s something  that is practiced and is not evil or like terrorist organization. I  think when you see someone who lives this out day-to-day, it’s like  you’re human, I am human. We are all fundamental human. (Saya  sangat berharap terus berlanjut. Saya sangat berharap mereka mendapatkan  dana untuk kelompok pelajar lain yang akan datang karena saya pikir ini  dapat mengubah hidup orang lain. Karena, menurut saya ini akan  meruntuhkan penghalang bagi orang-orang tentang apa yang mereka pikirkan  tentang Islam. Kami belajar banyak tentang hal itu dan kami belajar  tentang seperti jilbab dan segalanya. Kami membentuk opini. Tapi seperti  berinteraksi denganmu atau seperti orang Muslim lainnya, seperti  mengubah kesan kami. Anda tahu, saya tidak berpikir, seperti kerudung  adalah hal yang sangat mengerikan seperti yang saya pikirkan sebelumnya.  Jadi, saya pikir itu benar-benar dapat memberi tahu orang-orang yang  datang ke program ini, seperti Islam adalah agama yang damai dan ini  adalah sesuatu yang dipraktikkan dan tidak jahat atau seperti organisasi  teroris. Saya pikir ketika anda melihat seseorang yang menjalani ini  dari hari ke hari, ini seperti anda manusia, saya manusia. Kita semua  pada dasarnya manusia.)
Nick: For a new venture I found it successful, and I think it can get even better over time. (Untuk suatu usaha yang baru, saya menemukannya sukkses, dan saya pikir  ini dapat menjadi lebih bagus dengan seiring waktu berjalan.)
What will you miss the most about Indonesia (Apa yang akan paling anda rindukan mengenai Indonesia)?
Rachel: Definitely, the people, like you. Aku akan merindukanmu. And  all the food. And mostly the people. And the country itself. I just  really like the how everything’s just so close and everything is in  walking distance like whether food stands and pesantren and everything  just very tightened. And I think I’m gonna miss the feel of always  having people around who know you in care about you. And having open  door policy, like in the Western don’t really think that we have that  kind of open door you can pop in and I make you the coffee. That kind of  feel. (Pastinya, orang-orang, sepertimu. Aku akan merindukanmu.  Dan semua makanannya. Dan terutamanya orang-orangnya. Dan negaranya.  Saya suka bagaimana semuanya begitu dekat dan semuanya dalam jarak jalan  kaki, seperti warung makan dan pesantren dan semuanya sangat rapat. Dan  saya pikir saya akan merindukan nuansa, di mana selalu ada orang-orang  yang mengenal anda dan merawat anda. Dan memiliki kebijakan pintu  terbuka, seperti di Barat tidak benar-benar berpikir bahwa kita memiliki  pintu terbuka semacam itu yang Anda dapat masuk dan saya membuatkan  kopi. Perasaan yang seperti itu.)
Nick: I miss the food and the scenery. (Saya merindukan makanan dan pemandangannya.)
What will you tell the world if you get a chance to tell your experience in term of Islam in Indonesia (Apa  yang akan anda ceritakan pada dunia jika anda mendapatkan kesempatan  untuk menceritakan pengalamanmu mengenai Islam di Indonesia?
Rachel: I think I  would like tell to people who have misconception about what Islam is,  about how beautiful of the people and religion itself is. And tell them  that like they have misconception that all Muslims are terrorist. And  tell them that is absolutely not true. And show pictures from the trip  and explain what Islam education is and what the practices that Muslims  engaging are. And really tell them they could learn a lot from Islam.  And explain the ways the best they could. And I would like to tell them  that they should come to Indonesia and meet you all. (Saya pikir  saya ingin mengatakan kepada orang-orang yang memiliki kesalahpahaman  tentang apa itu Islam, tentang betapa indahnya orang dan agama itu. Dan  mengatakan kepada mereka bahwa mereka telah mempunyai kesalahpahaman  bahwa semua Muslim adalah teroris. Dan mengatakan kepada mereka bahwa  hal itu sama sekali tidak benar. Dan menunjukkan gambar dari perjalanan  dan menjelaskan apa itu pendidikan Islam dan  praktik-praktik apa Muslim  terlibat. Dan benar-benar mengatakan kepada mereka bahwa mereka bisa  belajar banyak dari Islam. Dan jelaskan cara terbaik yang bisa mereka  lakukan. Dan saya ingin mereka agar datang ke Indonesia dan menemui anda  semua.)
Cassidy: I’ll say  that we need to love each other. We need to be kind to each other. We  need to be open-minded and just like listening to people and hearing  their stories because we share similar experience. We have the same  dreams and same fears. And we should not be closed off and build the  gate. (Saya akan berkata bahwa kita harus mencintai sesama. Kita  harus ramah terhadap satu dengan yang lain. Kita harus berpandangan  terbuka dan mendengarkan orang-orang dan ceritanya karena kita mempunyai  kemiripan pengalaman. Kita mempunyai impian yang sama dan ketakutan  yang sama. Dan kita harus tidak tertutup dan membangun gerbang.)
Nick: I would tell  the world they need to pay attention to how Indonesia approaches Islam,  as they seem to have struck a balance between western values and Islamic  practices. (Saya akan mengatakan ke dunia, mereka harus  memperhatikan bagaimana Indonesia mendekati Islam sebagaimana mereka  terlihat telah mencapai keseimbangan antara nilai Barat dan  praktik-praktik Islam.)
What messange do you want to leave for the world (Pesan apa yang ingin kamu titipkan pada dunia)?
Rachel: Love God, love people, and work with the excellence. (Cintai Tuhan, cintai manusia, dan kerja dengan keunggulan.)
Cassidy: Take the  time to listen to a person’s story because it feels similar thing that  you have feel whether loneliness, fear, excitement, dreaming. We’re all  human. We deserve respect and love. (Luangkan waktu untuk  mendengarkan cerita seseorang karena merasakan hal yang sama seperti  yang kamu rasakan, apakah kesepian, ketakutan, kegembiraan, dan mimpi.  Kita semua manusia. Kita pantas dihormati dan dicintai.)
Nick: You don’t know people until you visit where they live. (Kamu tidak mengerti orang hingga kamu berkunjung di mana mereka tinggal.)
Humor, Terkini
Sepulang sekolah terlihat 4 (empat)  orang santri sedang terlibat perbincangan yang kayaknya agak serius.  Mereka adalah Paijo, Gombloh, Badrun, dan tentu saja Cak Jahlun.  Ternyata mereka sedang membanggakan ayah mereka masing-masing. 
Paijo            : “Tadi Pagi, ayahku dipangil Bapak Bupati ke Kantornya (berbangga diri)”
Gombloh     : “Kalau kemarin ayahku dipanggil oleh Bapak Gubernur (tidak mau kalah)”
Badrun        : “Seminggu yang lalu,  seorang menteri datang ke rumahku, beliau meminta ayahku berkenan  menemui bapak presiden di istana Negara (merasa menang)”
Cak Jahlun: “Wah.. itu belum seberapa..  masih kalah semua dengan ayahku, kalau ayahku kemarin dipanggil oleh  Tuhan (sambil berlalu)”
Paijo, Gombloh, Badrun: “(Bengong)”
Pengasuh, Terkini
Oleh: Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
![]()  | 
| k.h hasyim asy'ari | 
Setelah mengenal Allah SWT dan beriman  kepada-Nya, setiap mukallaf wajib beriman kepada Rasulullah SAW dan  mempercayai apa yang dibawa dari Tuhannya. (Karena beriman kepada  Rasulullah SAW dan kepada semua Rasul merupakan salah satu rukun iman  yang enam. Sebagaimana yang telah diterangkan oleh Rasulullah SAW.  ketika menjawab pertanyaan Jibril as. dalam sebuah hadis yang panjang,  yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab  Shahihnya).
Allah Ta’ala berfirman :
فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالنُّورِ الَّذِي أَنْزَلْنَا وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan  Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al-Quran) yang telah Kami turunkan. Dan  Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.[1]
Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا. لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.
“Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai  saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu  sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)-Nya,  membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang”[2].
Allah Ta’ala berfirman :
فَآَمِنُوا  بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ  وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُون.
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.”.[3]
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَنْ لَمْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ فَإِنَّا أَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ سَعِيرًا.
“Dan barangsiapa yang tidak beriman  kepada Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk  orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala”. [4]
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah ra. beliau berkata: “Rasulullah SAW bersabda :
أُمِرْتُ  أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ  اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِى وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ  عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
“Saya diperintahkan oleh Allah untuk  memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa, tidak ada tuhan yang  wajib disembah selain Allah dan beriman kepada-Ku dan beriman kepada apa  yang saya bawa. Jika mereka melakukan itu, maka terlindungilah darah  mereka dariku, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah”.[5]
Maka beriman kepada Nabi Muhammad SAW adalah fardlu ain (wajib bagi setiap muslim), dan tidak sempurna iman (seorang muslim)  secara syar’i kecuali dengan beriman kepada Nabi SAW dan tidak sah  Islamnya kecuali dengan beriman kepadanya SAW
Adapun makna beriman kepada Nabi  Muhammad SAW adalah dengan mempercayai kenabiannya dan kerasulannya, dan  mempercayai semua yang dibawa dari Allah, serta mempercayai apa saja  yang disabdakannya. Adapun persaksian lisan yang menyatakan bahwa Nabi  Muhammad SAW adalah utusan Allah adalah merupakan ungkapan yang sesuai  dengan keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu. Maka jika  keyakinan hati yang mempercayai kerasulan itu bersatu dengan ucapan  persaksian lisan, maka sempurnalah iman dan keyakinannya.
Diceritakan dalam sebuah hadisnya Jibril as. ketika berkata kepada Nabi SAW:
أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ ! أَنَّهُ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ …  
”Ceritakanlah kepada saya tentang  Islam!”. Lalu Nabi SAW bersabda : ”Hendaklah kamu bersaksi bahwa, tidak  ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah utusan  Allah….”. [6]
Kemudian Jibril as. menanyakan tentang “iman”. Jawab beliau SAW :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِه ….
“Hendaklah kamu beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para Rasul-Nya … “. [7]
Dalam hadis di atas, Nabi SAW telah  menetapkan bahwa, iman kepada Nabi SAW membutuhkan keyakinan dalam hati.  Demikian juga Islam membutuhkan pengucapan dengan lisan. Maka  persaksian dengan lisan tanpa keyakinan dalam hati adalah kemunafikan  yang nyata, wal ‘iyadzu billah. Allah Ta’ala berfirman :
إِذَا  جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ  وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ  الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّهُمْ سَاءَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ آَمَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَفْقَهُونَ
“Apabila orang-orang munafik datang  kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu  benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu  benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui, bahwa sesungguhnya  orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu  menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi  (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah  mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya  mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka  dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”.[8]
[1] At Taghabun ayat 8.
[2] Al Fath ayat 8 – 9
[3] Al A’raf ayat 158.
[4] Al Fath ayat 13.
[5] Hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
[6] Hadis riwayat Imam Muslim.
[7] Idem
[8] Al Munafiqun ayat 1 -3.
*Diterjemahkan oleh Ustadz Zainur  Ridlo, M.Pd.I. dari kitab Nur al-Mubin fi Mahabbati Sayyidi al-Mursalin  karya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari
- Apa kegiatan yang ustadzah lakukan saat ini?
 - Sejak kapan ustadzah mulai menghafal Al Quran?
 - Bagaimana metode ustadzah dalam menghafal Al Quran?
 - Bagaimana cara ustadzah menjaga hafalan agar tidak mudah hilang?
 - Bagaimana cara ustadzah menjaga keistiqomahan dalam menghafal?
 - Terkadang santri mengatakan “ngantuk disaat ngaji” bagaimana menurut ustadzah?
 - Halangan apa yang pernah ustadzah alami saat menghafal?
 - Bagaimana target atau harapan ustadzah ke depannya?
 - Bisa diceritakan bagaimana proses ustadzah bisa mengikuti lomba MTQ Nasional?
 - Apakah ustadzah mempunyai ritual khusus sebelum mengikuti lomba?
 - Apa yang ustadzah rasakan ketika mendapat juara nasional?
 - Apa pesan ustadzah untuk teman-teman santri?
 
Prestasi
![]()  | 
| dewi Yukha | 
Nama               : Dewi Yukha Nida
TTL                   : Trenggalek, 25 Desember 1997
Alamat              : Ngadisuko, Durenan, Trenggalek, Jatim
Hobi                  : Membaca
Cita-cita            : Ingin membumikan Al Quran di masyarakat
Pendidikan         : SDN 1 Ngadisuko
                          SMP Islam Durenan
                          MA Perguruan Mu’allimat
                          Mahasiswi Fak. Tarbiyah Universitas Hasyim Asy’ari
Pesan              :  Hasil yang luar  biasa itu tidak akan diperoleh                                     kecuali dengan usaha yang luar biasa pula
Prestasi            :
Bintang Tahfid di MHQ PPP. Walisongo tahun 2014
Wisudawati terbaik tahun 2015
Bintang Tahfid MA Perguruan Mu’allimat 2015/ 2016
Juara II 30 Juz CCQ BKMA se-Jombang tahun 2014
Juara III MTQ 30 Juz Tafsir Bhs. Arab tingkat Provinsi di Banyuwangi tahun 2015
Juara II MTQ 30 Juz tingkat Provinsi di Banten 2016
Juara III MTQ 30 Juz tingkat Provinsi di Papua Barat tahun 2016
Juara II MTQ 30 Juz tingkat Nasional di NTB mewakili Banten tahun 2016
Juara harapan III MTQ 30 Juz tingkat Internasional Yordania tahun 2017
Dewi Yukha Nida, santri Walisongo sekaligus pembimbing mabna Tsani’, yang telah menorehkan berbagai prestasi dalam bidang Al Quran. Beliau Istiqomah menyempatkan waktu untuk murajaah hafalannya. Dan pada akhirnya santri yang biasa dipanggil Ustadzah Nida  ini berhasil meraih prestasi diberbagai kategori lomba Al Quran sampai  tingkat Internasional. Santri yang sempat mewakili Indonesia dalam lomba  MTQ Internasional di Yordania ini patut menjadi figur para santri.  Untuk mengenal lebih dalam, simak wawancara Roja dan Fani dari tim  redaksi Uswah berikut ini:
Kegiatan saya sekarang kuliah, selain itu saya juga menerima setoran Al Quran di Pondok Pesantren Putri Walisongo.
Sebenarnya saya mulai menghafal sejak  saya masih MTs, saat itu saya baru dapat 7 Juz. Kemudian saya di sini  satu setengah tahun khatam. Jadi total saya menghafal kira-kira dua  tahun.
Sebenarnya saya menghafal secara manual,  sama seperti teman-teman. Menurut saya lebih bagus cara menghafal  anak-anak PQ (Program Quran) santri Walisongo dari pada saya.  Sehari  saya muraja’ah 10 halaman (pojok), jadi satu bulannya saya dapat 8 Juz.  Kalau tambahannya satu hari 1 pojok, jadi satu bulan saya dapat 2 Juz.
Yang pertama pastinya istiqomah, saya  juga tidak pernah tahu dulu itu juga proses, dari yang tidak lancar  sampai lancar juga proses, dan saya dulu sempat berpikir “bisa lancar  gak ya?” tapi saya jalani. Dan setelah khatam, nderesnya sehari biasanya dapat 3 Juz (Juz 1, 11, 21) begitu seterusnya sampai satu bulan saya khatam 3 kali. Karena saking seringnya di muraja’ah, saya mulai bisa baca dua hari sekali khatam.  Alhamdulillah dari situ saya mulai merasa menghafal itu ringan.
Pastinya  dengan niat yang kuat. Dan setiap minggu orang tua selalu menelpon, dan  berpesan “kamu harus yakin, dengan Al Quran kamu akan mulia dan ingat   mengejar sesuatu itu harus nekat kalau gak nekat sampean gak akan bisa sampek lancar,” saya sering dapat motivasi dari orang tua juga.
Saya juga pernah tapi biasanya saya  wudlu, kemudian kalau masih mengantuk ngajinya sambil berdiri, kalau  tidak mengajak teman ngaji bareng atau semak-semak–an.
Kalau anak-anak bilang lawan jenis, saya  tidak pernah, mungkin sakit jadi ngajinya agak terkurangi. Kalau malas  pernah, tapi karena tekad jadi malasnya 1-2 hari, nanti hari ke-3  bangkit lagi. Alhamdulillah selama saya menghafal target saya pasti  terpenuhi dan tidak pernah meleset, seumpama target saya khatam  Desember tahun 2014, saya khatam tepat waktu, waktu itu usia saya 17  tahun bulan Desember 2014 saya khatam, dan saya juga punya target satu  bulan tambahan 2 Juz. Alhamdulillah sekali lagi karena tekad yang kuat  dan doa orang tua yang tidak pernah terelakkan.
Setelah Al Quran lancar sebenarnya saya  mau belajar kitab, sebenernya kelas 3 saya ingin masuk ke kitab tapi  karena saya diminta tolong untuk nyimak anak-anak, jadi saya nyimak dan insyaallah nanti ke depannya kalau MHQ 30 Juz tuntas, saya mau belajar kitab.
Perjalanan saya untuk mengikuti lomba ke  tingkat nasional itu awalnya dari Banten, sebenarnya banyak tawaran  dari Bengkulu, Papua Barat, dan Banten hanya saya merasa lebih enak di  Banten jadi saya memilih di Banten.
Hanya baca-baca doa seperti surat Al-Insyirah, Ayat Kursi, robbisy-rohlii, dan  amalan sehari-hari. Tapi yang terpenting latihan yang tekun, tidak  pantang menyerah, dan ridho orang tua serta guru yang membuat saya yakin  akan semuanya.
Alhamdulillah, bersyukur saya bisa menjadi juara nasional hadza min fadli rabbi (ini  adalah anugerah dari Tuhanku), dan yang saya pikirkan ketika juara  nasional saya yakin suatu saat saya bisa mewakili Indonesia di tingkat  internasional. Alhamdulillah saya juga senang bisa membawa nama baik  Walisongo, saya ini made in Walisongo, Qurannya ala pondok Walisongo, jadi saya bisa mengenalkan “ini lo Walisongo” di MTQ Nasional.
Kebetulan saya punya kata-kata ada di bait Alfiyah yang ke -110 kalau tidak salah, yang artinya “Sesuatu yang mengiringi mudhof (kyai) yakni mudhofilaih (santri) akan menjadi pengganti mudhof dalam i’rab-nya saat mudhof terbuang. Untuk para penghafal Al Quran Openono Qur’anmu lek pengen di openi gust Allah. Ustadz saya juga pernah mengatakan “Sejauh mana kita memperhatikan Al Quran, sejauh itu pula Allah memperhatikan kita.”
Pengasuh, Terkini
![]()  | 
| Gus Sholah | 
Kaum muslimin telah rampung menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Namun  spirit puasa hendaknya tetap dilanjutkan pada bulan berikutnya.
Ajakan ini disampaikan KH. Salahuddin Wahid selaku Pengasuh Pesantren  Tebuireng Jombang, Sabtu (01/07/2017) pagi. Hal itu disampaikan Gus  Sholah, sapaan akrabnya pada acara silaturahim dan halal bihalal bersama  pengasuh dengan seluruh dewan guru dan karyawan pesantren setempat.
“Kita lanjutkan dengan puasa yang lain,” kata adik kandung KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut.
Puasa yang dimaksud adalah puasa batin dan pikiran yang tidak semata  kegiatan fisik berupa menahan makan dan minum. “Itulah yang dapat kita  petik dari puasa sebulan lalu,” kata cucu Hadratussyaikh KH. Hasyim  Asy’ari tersebut.
Bagi putra pahlawan nasional KH. Wahid Hasyim ini, melanjutkan puasa  seperti itu tidaklah mudah. “Akan tetapi, itulah makna puasa yang  sesungguhnya,” ujarnya.
Gus Sholah tidak bisa menyembunyikan keresahannya lantaran justru  kalau Ramadhan, ada saja pejabat yang melakukan perbuatan menyimpang.  “Bulan Ramadhan kok malah tertangkap KPK,” sergahnya.
Mantan Wakil Ketua Komnas HAM ini menandaskan bahwa para pejabat dan  wakil rakyat yang tertangkap mungkin saja tengah menjalankan puasa.  “Tapi yang puasa hanya mulutnya,” tukasnya.
Oleh sebab itu, umat Islam harus terus menjaga spirit puasa usai  Ramadhan. “Agar mampu meraih derajat sebagai hamba yang bertakwa,”  pungkasnya.
Pengasuh, Terkini
![]()  | 
| Gus Sholah | 
Oleh: KH. Dr. Ir. Salahuddin Wahid
Alkisah, suatu ketika Nabi Musa berjalan menuju Bukit Sinai tempat di mana ia menerima perintah-perintah Tuhan.
Dalam perjalanan, ia bertemu dengan  seorang abid (ahli ibadah) yang sedang uzlah (menjauh dari keramaian).  Sang abid yang tahu bahwa Nabi Musa akan menghadap Allah SWT memohon  supaya ditanyakan di surga tingkat berapa ia nanti akan ditempatkan di  akhirat. Nabi Musa bertanya bagaimana sang abid itu begitu yakin akan  masuk surga. Sang abid menjawab, ia sudah 40 tahun mengasingkan diri  dari hiruk pikuk dunia. Ia tidak pernah berbuat dosa, hanya berzikir dan  beribadah kepada Allah.
Nabi Musa melapor kepada Allah bahwa di  tengah perjalanan ia bertemu abid yang mohon jawaban di surga tingkat  berapakah ia akan ditempatkan. Jawab Allah: sampaikan kepadanya bahwa  tempatnya di neraka.
Nabi Musa pulang dan menemui sang abid  yang dengan semangat dan penuh optimisme lalu bertanya, di lantai berapa  tempatnya di surga. Nabi Musa lama berdiam diri karena sulit menjawab.  Lalu Nabi Musa menjawab bahwa abid itu harus sabar karena akan  ditempatkan di neraka.
Sang abid tak percaya dirinya yang sudah  beribadah selama 40 tahun harus masuk neraka. Ia lalu berkata, mungkin  Nabi Musa salah dengar dan mengusulkan  Nabi Musa menghadap Allah lagi  dan memastikan di surga tingkat berapa abid itu akan ditempatkan. Nabi  Musa, yang berpikir mungkin dirinya salah dengar, menghadap Allah lagi.
Nabi Musa matur bahwa ia ingin kejelasan  apa benar sang abid akan dimasukkan ke neraka? Jawab Allah, katakan  bahwa tempatnya nanti di surga. Tadinya Aku mau menempatkannya di neraka  karena Aku menciptakan manusia bukan untuk bersikap egoistis, termasuk  karena alasan spiritual. Aku menciptakan manusia untuk membantu manusia  lain. Abid itu bukan mendekatkan dirinya pada-Ku, tetapi melarikan diri  dari kehidupan yang nyata.
Ya Allah, secepat itukah keputusan-Mu  berubah? Jawab Allah, pada saat engkau menuju ke sini lagi, Abid itu  tersungkur dan menangis tersedu-sedu. Ia memohon kepada-Ku kalau ia  ditempatkan di neraka, supaya tubuhnya dijadikan sebesar neraka, supaya  tidak ada orang lain yang masuk ke dalam neraka kecuali dirinya. Ketika  memohon seperti itu, ia tidak egoistis lagi, tetapi telah mementingkan  orang lain.
Ibadah sosial
Pesan dari kisah di atas ialah bahwa  ibadah mahda (ritual) dan ibadah sosial tak dapat dipisahkan, keduanya harus  dijalankan. Kita tak boleh hanya menjalankan salah satunya. Banyak kita  lihat orang yang rajin dan tekun menjalankan ibadah mahda, tetapi  melalaikan ibadah sosial. Sebaliknya ada orang yang melalaikan ibadah  mahda, seperti shalat, puasa, zakat, haji, tetapi aktif dalam ibadah  sosial, seperti membantu kaum lemah atau ibadah sosial lain.
Ibadah mahda yang bersifat  hubungan pribadi antara manusia dan Allah  adalah ibadah yang pahalanya  untuk diri sendiri. Sementara ibadah sosial itu sifatnya memang hubungan  antarmanusia, tetapi juga mengandung hubungan dengan Allah.
Menarik untuk diperhatikan, Islam mengatur bahwa ibadah mahda bisa diganti dengan amal sosial, sebagai contoh bahwa orang yang tidak  kuat untuk berpuasa karena alasan yang benar bisa mengganti puasa itu  dengan membayar fidyah, tetapi orang yang tidak membayar zakat tidak  bisa menggantinya dengan shalat atau puasa.
Puasa  Ramadhan sebagai ibadah mahda diharapkan memberi dampak berupa ibadah  sosial bagi yang berpuasa. Dalam berpuasa, kita merasakan lapar yang  bersifat sementara karena setelah tiba waktu maghrib kita bisa makan dan  minum. Dengan merasakan lapar bersifat sementara itu, diharapkan kita  bisa merasakan beratnya rasa lapar permanen yang dirasakan oleh orang  yang tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Dampak yang  diharapkan ialah kita mau membantu orang yang kekurangan. Namun, tidak  semua orang berpuasa Ramadhan bisa memperoleh dampak positif itu.
Dalam surah Al-Ma’un ditentukan orang  yang mendustakan agama ialah orang mengusir anak yatim dan tak  menganjurkan (tentu juga melakukan) memberi makan orang miskin. Dan juga  ditentukan bahwa celakalah orang yang shalat, tetapi melalaikan  shalatnya, yaitu orang yang riya (yang ingin dipuji) dan enggan  bersedekah. Surah ini seyogianya menggarisbawahi dampak positif puasa  yang berbentuk kepedulian terhadap orang yang sulit memperoleh makanan.
Kondisi terkini
Berdasarkan data yang ada, di Indonesia  masih banyak rakyat bergizi buruk atau kekurangan gizi, belasan persen  dari jumlah penduduk. Dan, tampaknya banyak umat Islam yang mampu secara  ekonomi belum membantu kaum fakir sebagaimana mestinya. Mungkin juga  tidak banyak yang bertanya kepada dirinya sendiri apakah dia termasuk  orang yang bisa disebut sebagai pendusta agama karena tidak memberi  makan orang kekurangan gizi yang tinggal tidak jauh dari rumahnya.
Saya ingin mengemukakan dua fakta  sebagai gambaran kondisi kita. Menurut penelitian Bank Pembangunan Islam  (IDB), potensi ZIS (zakat, infak, sedekah) di Indonesia di atas Rp 200  triliun). Pada 2016, dana ZIS yang terkumpul melalui LAZ/BAZ berjumlah  sekitar Rp 5 triliun. Mungkin yang menyalurkan ZIS tak melalui LAZ/BAZ  juga sebesar Rp 5 triliun. Keseluruhannya sekitar Rp 10 triliun.  Dibandingkan dengan Rp 200 triliun, jumlah itu hanya mencapai 5 persen.
Jumlah yang pergi umrah setiap tahun  mencapai satu juta orang. Kalau satu orang membayar 2.000 dollar AS,  dana untuk pergi umrah per tahun mencapai 2 miliar dollar AS atau  sekitar 27 triliun rupiah. Ibadah umrah yang, menurut saya, prioritasnya  ada di bawah ZIS ternyata mampu menarik dana dari rekening Muslimin  Indonesia hampir tiga kali lipat jumlah dana ZIS  per tahun. Sekali  lagi,  ibadah mahda lebih menarik, lebih nikmat dan dianggap lebih utama dibandingkan dengan ibadah sosial.
Saya menduga banyak umat Islam yang  belum atau tidak sepenuhnya menyadari arti penting dari apa yang  dikemukakan di atas. Kalau mereka sering diingatkan, insyaallah mereka akan tergerak untuk mau membantu saudara seagama atau saudara  sebangsa yang mengalami kekurangan gizi dan kekurangan lain. Mungkin  diperlukan suatu sistem yang membantu memudahkan Muslimin untuk bisa  membantu orang yang kekurangan gizi di sekitar lingkungan di mana dia  tinggal.
Tulisan ini pernah dimuat di harian Kompas, pada 9 Juni 2017, dimuat ulang untuk keperluan pendidikan.





