Layar monitor elektrokardiograf di ruang ICU terus bergerak. Grafiknya yang bergerak naik turun masih menandakan aktivitas jantung normal. Namun tubuhnya yang lemah tidak mampu ia kendalikan, bahkan untuk membuka kedua matanya ia tak mampu. Sudah hampir satu bulan ia tergeletak tak berdaya dalam keadaan koma dan kritis. Lelaki gagah yang selalu kuidolakan, sekarang sedang mengalami masa sulitnya, dan aku benar-benar tak mampu menolong karena faktor ekonomi keluargaku yang pas-pasan.
    Kehidupan abah tergolong sederhana, Di era dimana semua guru seangkatannya telah diangkat menjadi pegawai negeri dan mendapat tunjangan dana pensiunan. Beliau tetap menjadi guru honorer yang bahkan untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari beliau tak mampu. Belakangan ini beliau melawan penyakit yang dideritanya. Tubuh tegapnya sedikit demi sedikit diusik oleh penyakitnya. Namun pribadinya yang kuat tak pernah terkalahkan.
    Aku menatap wajahnya yang sendu, siang malam hanya do’a yang bisa ku lantunkan, meminta belas kasih Tuhan dan keajaiban yang datang menghampiri sang guru sejati, setidaknya bagiku, dan bagi orang-orang terdekatnya. Dalam kesunyian malam aku terbuai pada kharismanya yang membawaku mengarungi alam bawah sadar untuk merekamnya kembali dalam ingatan.
    Matahari menyapa pagi, kutemui sosok pahlawanku sudah siap dengan pakaian dinas kebanggaannya. Ia tersenyum menyapaku dan ibu yang telah duduk manis di meja makan. Tempat inilah menjadi saksi bisu, bahwa sosok didepanku selalu mengajariku makna penting dari komunikasi, disinilah keluargaku selalu bercerita semua aktivitasnya seharian.
    “Abah, Cici ikut berangkat bareng abah ya,” gumamku.
    “Kalo kau berangkat sama abah, bagaimana dengan teman-temanmu, berjalanlah bersama, gandenglah tangan teman-temanmu ci,” nasehatnya lembut. Aku termangu dengan ucapannya. Lantas ia bangkit dan menyalamiku.
    Dari kejauhan aku melihat punggungnya yang makin lama menghilang dari pandanganku bersama biola dan onthel kesayangannya. Dia telah menghilang dari pelataran rumah sebelum matahari tersenyum sempurna.
    Aku dan abah berada di sekolah yang sama, aku sebagai murid dan abah seorang tenaga pengajar. sekolah kami termasuk elit pada akhir abad ke 19-an, yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah setempat. Abah termasuk guru tetua di sekolah ini, Ia mulai mengajar sejak genap berkepala dua. Hampir semua penduduk desa mengenal abah sebagai sosok guru yang menyenangkan. Selain pintar membawa suasana abah selalu menganalogikan pelajarannya dengan alunan nada dari biola.
    Namun aku tak pernah diajar olehnya, abah selalu menghindari kelasku. Ia memberi alasan kepadaku agar tetap profesional dan terhindar dari pandangan subjektif dari yang lain. Aku selalu mencuri dengar abah mengajar, namun abah menegurku agar kembali ke kelas, dan sesampainya di rumah aku dinasihatinya agar tidak mengulangi lagi. Abah selalu mengingatkanku, “Jika mengabaikan kalimat guru walau hanya satu detik bagaikan kehilangan mata rantai gelang emas.”
    Sepulang sekolah kutemui umi sedang memangkas daun-daun yang rusak dimakan ulat. Rumah keluargaku tidak besar namun terlihat asri, dipenuhi dengan bunga-bunga melati yang tumbuh subur. Di salah satu sudut ruangan terdapat sebuah piano tua yang selalu dimainkan abah sepulangnya dari sekolah. Piano tersebut ia dapatkan setelah memenangkan sayembara cipta lagu.
    Kegemarannya bermusik terus ia tekuni, aku selalu berlari ke arahnya dan duduk disampingnya ketika tuts piano mulai dimainkan oleh jari jemarinya yang gemulai, terkadang tanpa sadar aku hanyut dan ikut bernyanyi dengan alunannya.
    “Hidup itu seperti alunan musik, yang harus kita dengar, rasakan, dan kita nikmati,” ungkapnya disela-sela permainan.  Aku pun hanya mengangguk dan melemparkan senyum manisku padanya.
    ****
    Aku tersentak dan terbangun dari lamunanku, seketika aku melihat layar monitor elektrodiograf yang tidak stabil, dengan semua rasa panik aku berlari mencari dokter. Tim medis memasuki ruangan ICU, mereka melarangku untuk memasuki ruangan, dengan berat hati aku dan suamiku menunggu di luar ruangan sambil berdo’a dan terus memohon.
    Logikaku tak utuh, rasa khawatir dan takut menyusup ke sanubariku. Aku merasa duniaku akan berhenti, isak tangis menyesakan jiwa, beruntung suamiku setia menemaniku dan menenangkanku.
    “Jangan khawatir, abah baik-baik saja,” ucapnya menenangkan.
    Tim medis satu persatu keluar dari ruangan, segera mungkin aku menemuinya, dengan tenang aku bertanya pada dokter dengan memaksa, “Bagaimana dokter, bagaimana keadaan abah saya?” Namun sang dokter hanya menggelengkan kepala dan bergumam lirih. “Maaf Tuhan telah berkehendak lain, yang sabar bu,” ucapnya sambil berbela sungkawa.
    Seketika aku berlari memasuki ruangan, segera aku peluk abah yang kini telah terbujur kaku, ruangan itu kini pecah dengan suara isakan tangisku. Suamiku segera menyadarkanku, aku lihat wajah abah, ia memberikan senyuman terakhirnya padaku. Aku bangga menjadi bagian dari sejarahnya.
    Beliau adalah sosok yang selalu mengajarkan makna keikhlasan dan pengabdian sejati. Bahwa mengabdi adalah memberi tanpa mengharap jasa. Dan perjalanan hidup abah menyiratkan makna kehidupan.
    Jasad abah kini siap dikebumikan, aku dan keluarga tak pernah menyangka banyak pelayat yang datang berbondong-bondong mengucapkan bela sungkawa. Satu lagi kejutan yang datang menjadi bagian dari hadiah untuk abah. Semua murid abah datang dari semua penjuru kota. Mereka berjajar rapi sambil memainkan biola, dawai-dawai itu menyatu, menghasilkan aliran irama merdu nan syahdu.
    “Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
    Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
    Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
    Sebagai prasasti terima kasiku, tuk pengabdianmu
    Engkau sebagai pelita dalam kegelapan,
    Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan,
    Engkau patriot pahlawan bangsa
    Tanpa tanda jasa.”

    Lagu yang beliau ciptakan pada sayembara “Hari Pendidikan Nasional” tahun 1980, “Hymne Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, telah mewakili perjuangan dan pengabdiannya selama 24 tahun.
    *tulisan ini hanya fiktif belaka, namun terinspirasi dari kehidupan Pak Sartono pencipta lagu “Hymne guru” asal Madiun. Penulis adalah Mahasantri Putri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng semester 5 dan aktif di Komunitas Penulis Muda Tebuireng, Sanggar Kepoedang.

    Oleh: Dr. Ir. KH. Salahuddin Wahid, Pengasuh Pesantren Tebuireng

    Alhamdulillah, pada malam hari ini (Kamis, 29 Desember 2015), saya bisa hadir di sini (Lapangan Tumapel Singosari, Malang), menyaksikan atau merasakan peristiwa yang menggetarkan hati. Tanggal lima desember yang lalu, majlis ini (Majlis Riyadul Jannah) mengadakan kegiatan yang sama di Tebuireng. Tapi sayang sekali, pada waktu itu saya harus berada di Jakarta. Alhamdulillah pada malam hari ini saya bisa berada disini, bersama bapak dan ibu sekalian.

    Kita menyelenggarakan kegiatan semacam ini (majlis dzikir dan shalawat), bertujuan untuk, pertama, menghormati dan memuliakan Rasulullah SAW. Kedua, untuk mengungkapkan rasa cinta kita, rasa rindu kita kepada beliau. Ketiga, kita bisa berdoa, memohon kepada Allah SWT, dan juga kita mencoba menambah pengetahuan kita tentang keutamaan Rasulullah. Mudah-mudahan kita bisa meneladi keutaman tersebut.

    Bagaimana kita memandang sosok Rasulullah dan sebagai apa kita pandang beliau. Tentu pertama sebagai utusan Allah, yang membawa risalah terakhir yang sempurna bagi umat manusia. Kedua, sebagai juru selamat, dengan memberi syafa’at kepada kita pada hari akhir. Mudah-mudahan kita mendapatkan syafa’at beliau. Ketiga, sebagai pemimpin masyarakat Madinah. Di sini Rasulullah juga menjadi pemimpinnya umat muslim, bahkan orang non-Muslim pun menjadi bawahan atau umatnya Rasulullah, bahkan mereka memandang beliau sebagai guru.

    Yang berikutnya, (kelima) sebagai sumber inspirasi, ini juga berlaku untuk umat non-muslim. Keenam, sebagai bahan kajian. Banyak ahli-ahli non-muslim yang menkaji Rasulullah dengan berbagai motif, ada yang untuk mencari kelemahan, ada yang betul-betul mengagumi Rasulullah. Yang ketujuh, tentunya teladan yang baik, uswah hasanah. Ini juga berlaku untuk non-muslim. Uswah hasanah dalam peran sebagai apa? Sebagai manusia, orang tua, suami, pedagang, pendidik, pemimpin, dan lain sebagainya.

    Jadi peran Rasulullah sebagai pemimpin banyak dikaji oleh orang-orang di seluruh dunia.  Saya ingin sampaikan materi-materi dari sudut pandang yang tidak banyak kita lakukan. Seorang penulis barat, pernah membuat pernyataan sebagai berikut, “Muhammad adalah sosok yang benar-benar hebat. Mengapa? Karena Muhammad lah yang menjadi perintis berdirinya hampir 100 negara, di atas prinsip, sistem, dan aturan yang dia ajarkan. Muhammad adalah arsitek bagi sekian banyak peradaban.” Itu yang ditulis oleh seorang ahli barat.

    Banyak sekali tokoh non-muslim yang memberikan penghargaan dan pendapat yang senada bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh yang tidak ada duanya. Antara lain kami sebutkan, nama Mahatma Gandhi, pemimpin yang dikagumi banyak orang, beliau justru mengagumi Rasulullah. Kemudian ada seorang ilmuan Amerika, Michael H. Hart, mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah tokoh nomer satu  dalam daftar 100 orang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Peringkat kedua adalah ilmuan bernama Isaac Newton, yang menemukan teori gravitasi, sedangkan yang ketiga adalah Nabi Isa. Ada tokoh Islam lain yang mendapatkan peringkat nomer 51, yaitu Khalifah Umar bin Khattab.

    Di masa hidup beliau Rasulullah SAW., telah mendidik banyak panglima perang dan negarawan yang pada masa selanjutnya mampu melanjutkan dakwah Islam dengan sangat baik. Contohnya Khalid bin Walid, lalu dilanjutkan oleh Uthbah bin Nafi’, lalu dilanjutkan oleh Ahmad ibn Qois, dan selanjutnya oleh Thariq bin Ziyad. Nama Thariq bin Ziyad yang asalnya adalah budak Barbar yang kemudian memimpin pasukan Islam yang hanya berjumlah 12.000 orang mampu mengalahkan pasukan Spanyol yang hampir 100.000 orang. Rasulullah mempunyai kemampuan mampu memilih orang yang tepat pada posisi tertentu. Ja’far bin Abi Thalib dipilih untuk memimpin rombongan ke Habasyah yang berhasil dengan baik berdialog dengan Raja Najasyi. Mus’ab bin Umair dipilih Rasulullah untuk menyampaikan dakwah awal ke Madinah, karena dia memang pandai menayampaikan dakwah dengan lembut dan akhlaknya baik. Untuk menyimpan rahasia, Rasulullah menyampaikan kepada Hudzaifah bin Yaman yang memang pandai menyimpan rahasia. Rasulullah berhasil memilih orang yang tepat dalam mengurus keuangan Negara, yaitu al-Arqam bin Abil Arqam, orang yang teliti, jujur, dan memiliki pemikiran yang jauh kedepan.

    Dalam peperangan menghadapi Romawi (Perang Mu’tah), dengan kekuatan berjumlah 200.000 orang, pasukan muslim hanya berjumlah 3000 orang, Nabi memilih Zaid bin Haritsah sebagai panglima perang. Kalau Zaid gugur maka penggantinya adalah Ja’far bin Abi Thalib. Kalau Ja’far gugur diganti oleh Abdullah bin Rawahah. Kalau Abdullah gugur, harus dicarikan penggantinya dengan cara musyawarah, yang terpilih adalah Khalid bin Walid. Timbul pertanyaan, bagaimana mungkin dalam satu generasi, muncul begitu banyak tokoh yang genius. Bukan hanya tokoh militer yang muncul dari kalangan Islam, tapi juga menurut cendekiawan masa kini, telah lahir pada masa Rasulullah SAW para genius.

    Madrasah yang didirikan Rasulullah adalah satu-satunya tempat, dimana begitu banyak individu dapat menggali banyak potensi dan kemampuan mereka secara maksimal. Siapapun yang pernah mengenyam pendidikan di madrasah ini, bisa mengasah segala potensi yang ada, baik potensi intelektual maupun potensi spiritual. Antara lain genius dalam bidang ilmu agama, kita kenal nama Abdullah bin Mas’ud yang membuat Kuffah menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di bawah bimbingannya, ratusan cendekiawan yang menguasai ilmu fikih, ilmu hadits, ilmu kalam, termasuk Imam Abu Hanifah bin Nu’man. Juga ada Ibn Abbas yang mempunyai murid, yaitu Imam Malik, yang kemudian mempunyai murid Imam Syafi’i. Juga terdapat orang yang genius dalam bidang sains, misalkan al-Jabir, penemu teori al-Jabar, al-Khawarizmi, ahli matematika, Ibn Sina, ahli kedokteran, al-Zahrawi, ahli bedah, yang bukunya digunakan selama beradab-abad. Juga ada banyak sekali orang genius di dalam masalah spiritual.

    Paling tidak ada sifat-sifat utama yang membuat Rasulullah mencapai keberhasilan dalam banyak bidang. Pertama sifat kasih sayang dan santun, kedua sifat Rendah hati, bukan rendah diri. Rendah hati itu merasa percaya diri tetapi bersikap tidak sombong. Kemudian sifat murah hati, pemaaf, lapang dada, sering memberikan nasihat, tegas, dan pemberani. Selain itu kepemimpinan Rasulullah juga berdasarkan pada empat aspek yang sudah sering kita kenal, yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathanah. Menurut pakar kepemimpinan, semua aspek di atas dapat diringkas menjadi tiga kriteria yang harus dimiliki oleh pemimpin yang ideal.

    Pertama, integritas yang meliputi kejujuran, keberanian bersikap, dan kesederhanaan. Kedua, kemampuan yang meliputi kecerdasan, wawasan luas, dan kemampuan melimpahkan wewenang secara baik dan memantaunya. Ketiga, memiliki elektabilitas yang meliputi bobot amanah dan kepercayaan masyarakat. Kita juga mengetahui bahwa Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak kita, “Innama buitstu li utammima makarima al-akhlak.”  Menurut Siti ‘Aisyah akhlak Rasulullah adalah al-Qur’an. Akhlak yang baik, paling tidak meliputi kejujuran, prilaku baik, rasa malu, rendah hati, murah hati, dan sabar. Apakah kita mampu meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari?

    Kita lihat saja di Indonesia, banyak pemimpin yang sudah kehilangan rasa bersalah, rasa tidak tahu malu, dan rasa takutnya telah hilang. Bahkan, takut kepada Allah pun sudah hilang. Meraka hanya takut dimiskinkan. Kemudian tidak adanya sanksi sosial dari masyarakat. Kita tahu, pejabat yang sudah ketahuan korupsi, tetap dihormati oleh masyarakat. Inilah yang menurut saya harus diperbaiki. Kejujuran masyarakat kita juga menjadi masalah.

    Saya ambil contoh di Jepang. Kebetulan dua tahun lalu, saya diundang oleh PCINU Jepang. Di sana ketemu dengan teman-teman Indonesia di Masjid Kyoto. Mereka mengatakan bahwa di Jepang kejujuran itu ada dan terasa. Salah satu peserta mengatakan dia pernah naik kereta api. Dia tinggal jauh, di Tokyo menempuh perjalanan satu jam setengah.  Dia turun di stasiun, kameranya tertinggal di gantungan di atas bangku kereta. Dia baru sadar waktu setelah turun dan kereta sudah jalan. Kemudian dia melapor kepada petugas kereta, bahwa kameranya tertinggal di kereta ini dan gerbong ini. Petugas kereta mengatakan, “Nanti beberapa hari lagi akan ketemu, dan  anda kembali kesini.” Dan itu betul.

    Ternyata seorang wartawan asal Amerika menemukan sebuah kamar, mungkin ukuran 4×4, isinya barang-barang yang tidak bertuan, tertinggal di kereta atau di stasiun dan tidak ada yang mengaku memiliki barang itu. Kalau sudah setahun tidak ada yang mengaku, maka itu disumbangkan kepada orang-orang yang memerlukan. Lah ini pertanyaan, bagaimana kita bisa mencapai seperti itu? Padahal di Jepang kebanyakan tidak percaya kepada Tuhan. Agama Shinto itu tidak bertuhan, hanya memberikan pelajaran tentang kebaikan. Ini menjadi tantangan bagi kita semua.

    Kita juga ambil contoh. Kan kita telah menyaksikan pelantikan KPK. Ada ketua KPK yang mengatakan akan memperbaiki Indeks Persepsi Korupsi (IPK). Kita sekarang mencapai 34 atau 35, kalau tidak salah, menempati nomer 117 dari 175 negara. Dari 175 negara tersebut, kalau diambil 10 negara paling bawah, sembilan Negara itu adalah mayoritas berpenduduk muslim. Kalau kita ambil 10 negara paling sedikit korupsinya, adalah Negara yang mayoritas rakyatnya 80 % tidak percaya kepada Tuhan. Di sini kita temukan, tidak adanya hubungan antara beragama dengan perilaku bermasyarakat. Ini masalah kebudayaan dan ini menjadi tantangan kita bersama, supaya kedepan kita bisa memperbaiki keadaan.

    Tadi saya sampaikan Rasulullah pandai memilih pembantu. Artinya, selain orang-orang itu tepat pada posisinya, mereka juga setia dan tidak berkhianat. Di Indonesia, dulu waktu Pak Harto, semua orang menghormati, tidak hanya menghormati, menghamba bahkan banyak yang cium tangan. Tapi beberapa hari sebelum Pak Harto jatuh, sebagian menterinya itu membelot, tidak mendukung Pak Harto lagi. Yang Kedua Gus Dur. Banyak orang-orang yang dijadikan “orang”, akhirnya meraka juga mengkhianati Gus Dur.

    Tidak ada pemimpin yang bisa menyamai Rasulullah. Kita semua merasakan keagungan Rasulullah. Ini menjadi tantangan kita, Islam yang begitu hebat adanya, kemudian dicontohkan oleh Rasulullah dan pengikut-pengikutnya, tetapi saat ini ternyata tidak begitu baik. Dulu Islam bersatu, kecuali ada peperangan antara kelompok Sayyidina Ali dengan kelompok Siti ‘Aisyah. Tapi setelah itu bersatu lagi. Namun sekarang kita lihat, di Timur Tengah di beberapa Negara mengalami peperangan saudara. Ini yang menurut saya, harus kita perhatikan. Jangan sampai timbul hal-hal semacam itu di Indonesia. Kalau itu terjadi, kita akan mengalami keadaan yang sangat buruk. Saya ambil contoh, yang terjadi di Syiria. Penduduk Syiria itu 20 juta lebih sedikit, 20%-nya harus mengungsi ke luar negeri, yang lain menderita di dalam negeri. Mereka hijrah, tidak hanya dari Syiria, termasuk dari Afrika, yang meyoritas penduduknya muslim, hijrah ke negara-negara non-Islam, yaitu ke Eropa. Karena mereka merasa tidak aman, di negara sendiri.

    Kita merasa aman di Negara sendiri. Ini yang harus kita jaga, kita pertahankan, dan kita rawat. Negara Indonesia, yang berdasarkan pada Pancasila ini, adalah negara yang baik sekali. Kalau kondisinya ada yang belum baik, kita akui dan bersama-sama akan kita perbaiki dengan cara meneladani perilaku Rasulullah SAW. yang dilandasi oleh akhlakuk karimah, yang dilandasi oleh sifat zuhud, yang tidak memandang harta lebih tinggi dari diri kita sendiri. Saat ini kalau kita lihat contoh-contoh yang ada di dalam negara kita ini, kita tidak peduli. Uswah hasanah kita adalah Rasulullah SAW. Itulah yang kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya.

    *Tulisan ini adalah transkip ceramah Gus Sholah dalam acara Safari Shalawat 40 Hari Majlis Maulid wa al-Ta’lim Riyadhul Jannah pada Kamis, tanggal 29 Desember 2015 di Lapangan Tumapel, Singosari, Malang, Jawa Timur. 


    ,

    Dalil dan Keutamaan Maulid Nabi Muhammad SAW

     

     

    Oleh: Muhammad Zaenal Karomi*

    Ketika cahaya tauhid padam di muka bumi, maka kegelapan yang tebal hampir saja menyelimuti akal. Di sana tidak tersisa orang-orang yang bertauhid kecuali sedikit dari orang-orang yang masih mempertahankan nilai-nilai ajaran tauhid. Maka Allah SWT berkehendak dengan rahmat-Nya yang mulia untuk mengutus seorang rasul yang membawa ajaran langit untuk mengakhiri penderitaan di tengah-tengah kehidupan. Dan ketika malam mencekam, datanglah matahari para nabi. Kedatangan Nabi tersebut sebagai bukti terkabulnya doa Nabi Ibrahim as kekasih Allah SWT, dan sebagai bukti kebenaran berita gembira yang disampaikan oleh Nabi Isa as.

    Allah SWT menyampaikan shalawatnya kepada Nabi itu, sebagai bentuk rahmat dan keberkahan. Para malaikat pun menyampaikan shalawat kepadanya sebagai bentuk pujian dan permintaan ampunan, sedangkan orang-orang mukmin bershalawat kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Allah SWT berfirman:

    إنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

    “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Azhab: 56)

    Di bulan Rabi’ul Awal yang penuh dengan rahmat dan berkah ini seluruh masyarakat muslim di dunia dengan penuh cinta menyambut maulid Nabi Muhammad SAW, yakni tanggal 12 Rabi’ul Awal. Seluruh umat Islam dunia berlomba-lomba untuk mengepresiasikan kecintaan Nabi Muhammad dengan melakukan amalan-amalan yang tidak bertentangan dengan syariat islam seperti halnya di dusun-dusun membaca shalawat nabi yang dimulai pada malam pertama bulan Robiu’l awal sampai malam tanggal 12 rabiu’ul awal, dengan bertujuan untuk mendapatkan syafa’at di dunia akhirat kelak nanti.

    Keutamaan Maulid

    Banyak keutamaan-keutamaan yang dapat diperoleh bagi seorang muslim yang mau mengangungkan baginda Nabi Muhammad.

    Ungkapan Kecintaan Kepada Nabi Muhammad

    Peringatan maulid Nabi Muhammad adalah sebuah ungkapan kecintaan dan kegembiraan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiran it.

    فقد جاء في البخاري أنه يخفف عن أبي لهب كل يوم الإثنين بسبب عتقه لثويبة جاريته لما بشّرته بولادة المصطفى صلى الله عليه وسلم. وهذا الخبر رواه البخاري في الصحيح في كتاب النكاح معلقا ونقله الحافظ ابن حجر في الفتح. ورواه الإمام عبد الرزاق الصنعانيفي المصنف ج ٧ ص ٤٧٨

    Dalam hadits di atas yang diriwayatkan Imam al-Bukhori. dikisahkan ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu lahab, paman nabi , menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang jabang bayi yang sangat mulia , Abu Lahab pun memerdekan Tsuwaibah sebagai tanda cinta dan kasih. Dan karena kegembiraannya, kelak di hari kiamat siksa atas dirinya diringankan setiap hari senin tiba.

    Meneguhkan Kembali Kecintaan kepada Beliau

    Meneguhkan kembali kecintaan kepada Nabi Muhammad. Bagi seorang mukmin, kecintaan kepada Nabi adalah sebuah keharusan, salah satu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Kecintaan kepada nabi harus berada diatas segalanya, bahkan melebihi kecintaan kepada istri, anaknya, bahkan  kecintaan diri sendiri.

    لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحبّ إليه من ولده ووالده والناس أجمعين.

    Artinya:

    “Tidak sempurna iman salah satu diantara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.” (HR. Bukhori Muslim).

    Mendapatkan Rahmat Allah SWT

    Mendapatkan rahmat Allah berupa taman surga dan dibangkitkan bersama-sama golongan orang yang jujur, orang yang mati syahid dan orang yang sholeh. Imam Sirri Saqathi Rahimahullah  berkata:

    من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع إلا لمحبة النبي صلى الله عليه وسلم : وقد قال صلى الله عليه وسلم: من أحبني كان معي في الجنة.

    Artinya:

    “Barang siapa menyengaja (pergi) ke suatu tempat yang dalamnya terdapat pembacaan maulid nabi, maka sungguh ia telah menyengaja (pergi) ke sebuah taman dari taman-taman surga, karena ia menuju tempat tersebut melainkan kecintaannya kepada baginda rasul. Rosulullah bersabda:  barang siapa mencintaku, maka ia akan bersamaku di syurga.

    Sedangkan Imam Syafi’i Rohimahullah berkata:

    من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ، ويكون في جنات النعيم.

    Artinya :

    “Barang siapa yang mengumpulkan saudara-saudara untuk memperingati Maulid nabi, kemudian menyediakan makanan, tempat, dan berbuat kebaikan untuk mereka serta ia menjadi sebab untuk atas dibacakannya maulid nabi, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan dia akan dimasukkan dalam syurga na’im.”

    Dalil-dalil tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

    Banyak dalil-dalil, baik al-Qur’an, al-Sunnah, maupun perkataan ulama, yang menunjukkan dianjurkannnya memperingati Maulid Nabi. Diantaranya dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 58 dan surat al-Abiya’ ayat 107.

    قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ.(يونس: ٨٥

    Artinya:

    Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS. Yunus: 58)

    وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ. الأنبياء: ١٠٧

    Artinya:

    “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (QS al-Anbiya: 107)

    Kelahiran Nabi Muhammad digambarkan oleh al-Qur’an sebagai keutamaan dan rahmat yang universal dan agung, memberikan kebahagiaan dan kebaikan bagi seluruh manusia. dalam dua ayat di atas Allah SWT dengan lahirnya beliau dan diutusnya beliau sebagai rasul adalah sebuah rahmat yang tidak terkira bagi seluruh alam semesta ini, rahmatan lil ‘alamin. Merayakan tahun kelahiran raja, negara, atau hanya orang biasa, saja bermegah-megahan, kenapa kita sebagai muslim merayakan kelahiran  Nabi yang disanjung-sanjung, cukup dengan shalawat, salam, dzikir, doa, dan berbuat kebaikan seperti sedekah dan membahagiakan orang, ogah-ogahan?

    عن أبي قتادة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم سُئل عن صوم يوم الإثنين؟ فقال “فيه ولدت، وفيه أنزل علي” رواه الإمام مسلم في الصحيح في كتاب الصيام.

    Artinya:

    Dari Abi Qotadah Ra, bahwa Rasulullah SAW ditanya mengenai puasa hari senin. Maka beliau menjawab “Di hari itu aku dilahirkan, dan di hari itu diturunkan padaku (al-Qur’an)” (HR. Imam Muslim dalam Shohih-nya pembahasa tentang puasa)

    Hari  senin, hari kelahiran Nabi, oleh beliau dianjurkan untuk melakukan puasa. Hal tersebut menunjukkan keutamaan hari itu, dimana cayaha kebenaran terbentang di negeri padang pasir yang jahiliyyah. Pantas jika kelahiran beliau adalah sebuah hari yang patut untuk diperingati dan diisi dengan kegiatan yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Ibn Asyakir, Ibn Warrahawi, dan al-Dhiya’ dari shahabat Abu Sa’id al-Khurdi disebutkan:

    أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ إِنَّ رَبِّيْ وَرَبَّكَ يَقُوْلُ لَكَ: تَدْرِى كَيْفَ رَفَعْتُ ذِكْرَكَ؟ قُلْتُ: اَللهُ أَعْلَمُ. قَالَ: لاَ أَذْكُرُ إِلاَّ ذُكِرْتَ مَعِيْ (ع حب) وابن عساكر وابن والرهاوي في الأربعين، والضياء في المختارة عن أبى سعيد الخدري . (فيض القدير جزء ١ ص:١٢٨

    Artinya:

    “Jibril datang kepadaku, lalu berkata ‘Sesungguhnya Tuhanku dan Tuhanmu berkata kepadamu: Kamu tahu, bagaimana aku mengangkat sebutanmu? Lalu aku menjawab: Allahu a’lam. Jibril berkata: Aku tidak akan menyebut, kecuali engkau disebut bersamaku.” (HR. Ibnu ‘Asyakir, Ibnu Warrohawi dalam kitab al-‘Arbain, dan al-Dhiya’ dalam kitab al-Mukhtarah dari Sahabat Abu Sa’id al-Khudri)

    Bahkan Ibnu Taimiyah yang menjadi kiblat pemikiran para tokoh Islam kanan, dan digambarkan sangat menolak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. malah menganjurkan untuk melakukannya, bahkan dikatakan memiliki faedah pahala. Hal tersebut tidak dijelaskan oleh siapapun, tapi oleh beliau sendiri dalam kitab beliau Iqtidla’u al-Shirati al-Mustaqim, Mukholafatu Ashhabi al-Jahim halaman 297. Berikut stetemen beliau dalam kitab tersebut:

    فَتَعْظِيْمُ الْمَوْلِدِ وَاتِّخَاذُهُ مَوْسِمًا قَدْ يَفْعَلُهُ بَعْضُ النَّاسِ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ عَظِيْمٌ لِحُسْنِ قَصْدِهِ وَتَعْظِيْمِهِ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَمَا قَدَّمْتُهُ لَكَ. (الشيخ ابن تيمية، اقتضاء الصراط المستقيم، مخالفة أصحاب الجحيم: ص/٢٩٧.

    Artinya:

    Mengagungkan maulid (Nabi Muhammad) dan melakukannya rutin (setiap tahun), yang kadang dilakukan oleh sebagian orang. Dan baginya dalam merayakan maulid tersebut, pahala yang agung/besar karena tujuan yang baik dan mengagungkan Rasulullah SAW. dan keluarga beliau. Sebagaimana yang telah aku sampaikan padamu. (Syaikh Ibn Taimiyah, Iqtidla’u al-Shirati al-Mustaqim, Mukholafatu Ashhabi al-Jahim: 297)

    فقام عند ذلك السبكي، وجميع من عنده فحصل أنس كبير في ذلك المجلس ، وعمل المولد واجتماع الناس له كذلك مستحسن. قال الإمام أبو شامة شيخ النووي: من أحسن ما إبتدع في زماننا ما يفعل كل عام في اليوم الموافق ليوم مولده صلى الله عليه وسلم من الصدقة والمعروف وإظهار الزينة والسرور فإن فيه مع الإحسان للفقراء إشعارا بمحبته صلى الله عليه وسلم وتعظيمه وشكر على ما من به علينا.  قال السخاوي وحدوث عمل المولد بعد القرون الثلاثة ، ثم لا زال المسلمون يفعلونه. وقال إبن الجوزي من خواصه أنه أمان في ذلك العام وبشري عاجلة، واول من أحدثه من الملوك المظفر. قال سبط إبن الجوزي في مرأة الزمان: حكي لي من حضر سماط المظفر في بعض المولد أنه عد فيه خمسة الاف رأس غنم شواء وعشرة ألاف دجاجة ومائة ألف زبدية وثلاثين الف صحن حلواء ، وكان يحضره أعيان العلماء والصوفية ، ويصرف عليه ثلاثمائة الف دينار.   (إسعاد الرفيق جزء 1 ص 26).

    Imam Subkhi dan para pengikutnya juga menganggab baik peringatan maulid dan berkumpulnya manusia untuk merayakannya. Imam Abu Syammah Syaikh al-Nawawi mengatakan bahwa barang siapa yang melakukan kebaikan seperti hal-hal baik yang terjadi di zaman kami yang dilakukan oleh masyarakat umum di hari yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. diantarnya sedekah, berbuat baik, memperlihatkan hiasan dan kebahagiaan. Maka sesungguhnya dalam hari tersebut beliau menganjurkan agar umat muslim berbuat baik kepada para fakir sebagai syiar kecintaan terhadap baginda Rasul. mengangungkan beliau, dan sebagai ungkapan rasa syukur.

    Menurut Imam al-Sakhawi, adanya peringatan itu sejak abad ketiga hijriyah. Sejak itu, orang-orang Islam terus mengerjakannya.

    Bahkan, Ibnu al-Jauzi, yang biasanya dijadikan hujjah oleh para kaum ekstrimis kanan mengharamkan perayaan maulid, sama seperti Ibn Taimiyah, malah menukil sejarah maulid itu sendiri. Ibn al-Jauzi mengatakan bahwa perayaan maulid dimulai pada masa Raja al-Mudhafar. Beliau menceritakan parayaan tersebut sangat besar, megah, dan penuh dengan kebahagiaan yang tidak terkira. Disediakan 5.000 kambing, 10.000 ayam, 100.000 porsi, dan 30.000 piring manisan. Dihadiri oleh para ulama dan para sufi, yang oleh Raja al-Mudhaffar diberikan setiap orang 300.000 dinar. (Is’adur Rofiq:1:26)

    Kalau saja rasul masih hidup, apa yang hendak kita banggakan di hadapan beliau? Kemaksiatan, dosa, dan tidak menjalankan ajaran beliau, apa itu yang bisa kita sampaikan? Hanya sekedar merayakan dengan sederhana namun bermakna dan penuh rahmat dan berkah, kita merasa enggan dan justru secara buta mengharamkannnya, umat Islam lain dikafirkan dan dianggap melenceng dari ajaran Nabi? Kalau Maulid Nabi dilarang, bagimana dengan perayaan Maulid Raja? Allahumma sholli wa sallim la Sayyidina Muhammad wa a’la ali wa shohbihi ajma’in. Selamat hari Maulid Nabi Muhammad SAW.

    *Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, semester 5, aktif di Komunitas Penulis Muda Tebuireng, Sanggar Kepoedang

    Hari itu, KH. Hasyim Asy’ari kedatangan tamu agung, Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sang Jenderal yang sedang sakit tetap bersikukuh untuk sowan kepada Mbah Hasyim demi mendapatkan taujih/arahan dan doa dalam berjuang membela negara.

    Memasuki pelataran rumah, Yusuf Hasyim muda (putra KH. Hasyim Asy’ari) menyambut dengan hangat sang jenderal tersebut.
    “Pak Dirman, saya mau ikut berperang bersama Anda,” ucap Yusuf Hasyim.
    “Pemuda yang hebat dan pemberani!” jawab Pak Dirman, tanpa mengiyakan ataupun menolak keinginan Yusuf Hasyim.
    Barulah setelah bertemu Mbah Hasyim, Jenderal Soedirman menyampaikan keinginan Yusuf Hasyim tersebut kepada sang Ayahanda.
    Mbah Hasyim tersenyum, lalu berkata, “Bukan hanya Yusuf, seluruh santriku dan bahkan aku sendiri pun siap bergabung bersama.”
    Mendengar kata-kata Mbah Hasyim, Pak Dirman sontak merasa mendapat suntikan obat dan dorongan semangat. Seketika Pak Dirman bangkit dan berdiri tegap. Lenyaplah sakitnya.
    Terlepas dari keyakinan banyak orang bahwa itu adalah salah satu karomah Mbah Hasyim, benar-benar terbukti bahwa kalimah thayyibah (ucapan yang baik) bisa menjadi kekuatan motivasi bagi siapa pun yang mendengarnya. Menyejukkan, menenteramkan, menenangkan, menegarkan, membangkitkan semangat, menggelorakan darah juang, dan menjadi obat bagi siapa saja yang membutuhkan.

    Rasulullah Saw bersabda:

    « لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَيُعْجِبُنِى الْفَأْلُ » . قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ « كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ

    “Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah) dan tidak dibenarkan beranggapan sial. Sedangkan al-fa’lu membuatku takjub.” Para sahabat bertanya, “Apa itu al-fa’lu (optimistis)?” Beliau menjawab, “Yaitu kalimat yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)

    “Ingat, bahwa prajurit Indonesia bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak merebut sesuap nasi dan bukan pula prajurit yang mudah dibelokkan haluannya karena tipu dan nafsu kebendaan, tetapi prajurit Indonesia adalah dia yang masuk ke dalam tentara karena keinsyafan jiwanya, atas panggilan ibu pertiwi. Dengan setia membaktikan raga dan jiwanya bagi keluhuran bangsa dan negara.” (Panglima Besar Jenderal Soedirman)

    Sumber Cerita: Samsul Munir Amin,Karomah Para Kiai, hlm. 106 via fiqhmenjawab.net



Top